mos kok gitu yah...

10:35 PM

ujian akhir nasional (uan) yang sempat menjadi momok para siswa-siswi akhirnya selesai lakonnya. meski banyak yang menginginkan diulangnya uan, kata akhir dari petinggi pendidikan adalah ikutilah ujian kesetaraan paket-c kalau ingin mendapatkan ijazah. pilihannya memang jadi semakin sedikit. tinggal memilih: ikut c atau mengulang setahun lagi.

setelah (sibuk ikut menyiapkan putra-putri tercinta untuk mengikuti) uan, para orang tua kembali direpotkan dengan urusan daftar-mendaftar, baik untuk tingkatan sd, smp maupun smu. di sini yang namanya nem atau nilai ebtanas murni jadi ‘penguasa’. mereka yang memiliki nem pas-pas-an tentu saja tidak akan berani mendaftarkan diri di sekolah-sekolah favorit atau sekolah unggulan. (apa sih sekolah unggulan? salah satu cerita tentang sekolah unggulan bisa dibaca di sini).

selesai pendaftaran tentunya para ortu masih harap-harap cemas menanti hasilnya, meski cuma ada dua kemungkinan: diterima atau tidak. untuk melihat hasil itu, bagi para siswa di dki jaya, cukup buka internet atau ke warnet karena dikmenti (dinas pendidikan menengah dan tinggi) dki jaya mempunyai situs psb alias penerimaan siswa baru. (entah kalau di daerah lain, apakah teknologi informasi sudah digunakan juga?). diterima di sekolah bukan berarti urusan tuntas. tunggu dulu. siapkan uang untuk membeli seragam baru, buku tulis baru, buku paket baru dan sepatu baru (?).

kemarin (17-07-06) saat para siswa-siswi mulai bersekolah, ada lagi urusan lain yang mau tak mau juga melewatkan orang tua yaitu ‘mos’ alias masa orientasi siswa. entah kapan dan siapa yang memulai bahkan murid-murid sd pun mengadakan kegiatan yang diambil dari perploncoan para mahasiwa. di tingkat smu jelas ada acara ini yang kadang diisi dengan hal-hal yang tak ada hubungannya dengan sekolah seperti tugas membuat surat cinta.

seorang teman bercerita bahwa ia harus menjemput putrinya dari sekolah padahal biasanya putrinya terbiasa pulang sendiri. teman ini jelas khawatir saat anaknya minta dijemput. “saya sudah waswas saja. saya pikir ada apa.” tak tahunya putri merasa malu pulang ke rumah dengan segala macam atribut yang tidak boleh dilepas karena diancam oleh kakak kelasnya. cerita lain yang memberitakan betapa mos menjadi momok bisa dibaca di sini.
tapi kalau mos seperti di magelang dijamin tak akan menakutkan.

You Might Also Like

3 komentar

populer...