
kini, saya jarang atau hampir tak pernah lagi ke luar kota. kalaupun ke luar kota biasanya menggunakan kereta api. bepergian dengan moda transportasi itu tentu saja tidak akan menjumpai tonggak jarak. sisa-sisa, kalaupun dapat dikatakan demikian, pal jarak masih dapat ditemukan di jalan margonda raya, depok. hanya ada beberapa. ditambah dengan yang ada di jalan tole iskandar/siliwangi, barangkali jumlahnya tidak lebih dari sepuluh bahkan mungkin kurang.
tonggak batu yang masih bersisa itu, menunjukkan jarak ke cibinong dan jakarta. hanya saja, yang menjadi pertanyaan apakah jarak itu masih akurat? dari margonda ke cibinong tertera 20 kilometer. di mana titik nol-nya di cibinong? begitupula dengan jarak menuju jakarta yang 37 kilometer lagi. padahal di ujung jalan margonda (menuju jakarta) dengan patung elang bondol tak sampai 37km. hanya beberapa kilometer.
berarti, pal penanda jarak itu tidak akurat. bisa ya, mungkin juga tidak. pada jaman tonggak itu didirikan (jaman belanda?) sangat boleh jadi, inilah penunjuk paling akurat manakala akan menuju suatu tempat atau kota. sekarang, kita memang tak perlu lagi tonggak-tonggak itu. (atau masih perlu?). namun, sebagai peninggalan atau artefak, barangkali tonggak ini patut dipertahankan. atau, jangan-jangan dia sudah menghiasi rumah seorang kolektor benda-benda langka.
wallahu alam bi shawab...