keluar...

1:37 PM

'hore makan gratis nih.' 'wah makan-makan, asyik.' lontaran semacam ini acap keluar saat ada rekan kerja yang mengundurkan diri. seakan ini adalah peristiwa yang harus diramaikan dengan acara makan-makan. 'belum sah kalo gak pake makan,' ucap seorang rekan sambil senyum-senyum.

sah-sah saja tentunya kalau ada yang berpendapat demikian. tapi, pernahkah terbersit dalam benak, 'kenapa sih dia keluar?' bukan. bukan untuk ikut campur bila ada tanya seperti itu. bukan juga sok tahu. ikut prihatin. ini yang barangkali pas sebagai jawaban.

kalau resign-nya karena melakukan kesalahan tentu tak perlu dipersoalkan. apalagi bila melanggar peraturan perusahaan. namun kalau quit karena 'dipaksa' keadaan, selayaknya kita ikutan merasakan apa yang dialami rekan tadi.

keadaan apa sih yang 'memaksa'? banyak sebenarnya. tapi yang sering terjadi adalah hubungan yang tidak serasi antara atasan dan bawahan. atasan yang kuasanya melebihi pemilik perusahaan. atasan yang takut kalah bersaing dengan bawahannya. atasan yang takut kemampuannya dilampaui bawahannya. atasan yang tak mau membagi ilmunya dengan bawahannya. atasan yang selalu merasa benar dan bawahan selalu salah. atasan yang tak pernah mau dikritik bawahannya. atasan yang dibelakang ngomongnya 'a' tapi di depan menjadi 'b'.

kok atasan salah terus ya dan bawahan selalu benar. percaya atau tidak percaya, ada pembaca yang mengalami hal diatas. syukur-syukur kalau cuma satu hal. kalau lebih dari satu, duh, saya pun turut berdukacita. kalau sudah begini, keluar mungkin jalan yang lebih baik daripada bertahan di tempat. sedih memang karena harus meninggalkan rekan kerja yang perilakunya tidak seperti atasan itu. bahkan sang bos pun tidak berperilaku macam sang atasan.

memang sih tak pernah ada aturan yang mengharuskan seseorang untuk kerja selamanya di sebuah perusahaan. tapi kalau suasananya menyenangkan, imbalannya sesuai dengan pekerjaan apakah harus ditinggalkan? wallahuawam bishawab...

You Might Also Like

0 komentar

populer...