gak ngaruh...

3:13 PM

pengumuman yang terpampang dengan jelas di pintu kaca, saat saya dan teman-teman memasuki 'mi ceker bandung'. artinya pun jelas dan gamblang bahwa di dalam ruangan itu tidak boleh merokok. bukan sebaliknya boleh merokok dengan bebas.

ada yang protes. bukan karena larangan itu. "udah di depan aja deh, disini kan smoking area," kata temen yang suka ngebul. "gak, nggak, masak makan sambil ngisepin bau dapur," protes non-smoker. di depan itu memang dapurnya. akhirnya, kami memilih ruangan dalam. sejuk. bebas asap.

sambil menunggu pesanan, ada teman yang coba-coba mau merokok. "eits. mo ngapain lo?" santai aja si temen jawab sambil menunjuk ke meja seberang: "liat tuh, boleh ngerokok kan." "yee, gak baca ya. di depan tuh gede pengumumannya. ini ruangan bebas rokok. teman satu ini masih mencoba merokok. tak lama, datang pelayan membawa asbak ke meja seberang itu. "silakan dimatikan rokoknya pak," ujar si pelayan dengan sopan sambil menambahkan: "ini ruangan bebas rokok." sang tamu pun tak bisa protes (dan, memang gak perlu ya) dan mematikan rokoknya. "nah, ayo, masih mau ngerokok?" tanya teman yang lain. gak komentar lagi, si teman memasukkan kembali rokoknya ke dalam bungkus.

sebagian teman sudah selesai makan. ini dia saat yang ditunggu-tunggu para smoker. berbarengan mereka mengeluarkan dirinya dari ruangan dan segera saja menyulut rokoknya. "asem ni mulut," alasan mereka saat ditanya kenapa sih abis makan langsung merokok. kata yang lain lagi: "udah kebiasaan sih." dan, segudang lagi pembenaran siap meluncur dari mulut para smoker ini.

apa sih enaknya merokok? perasaan sih gak ada. kebetulan saya dulu perokok (yang lumayan) berat (dua bungkus satu hari plus satu lagi kalau pas dikejar tenggat tugas), jadi (agak) tahu bagaimana rasanya rokok. yang pasti sih, jari-jari tangan jadi bau tembakau. di (keesokan) pagi hari mulut rasanya lagi makan tembakau. maaf, ada riak yang harus dikeluarkan seperti sedang flu. dan, yang pasti, ada uang yang terbakar dengan percuma.

bertahun berjalan demikian. kalau cuma dada sakit sedikit, berhenti merokok sehari, esoknya pasti ngebul kembali. biar dimana-mana ada poster, pengumuman, iklan dan sebagainya mengenai bahaya merokok, tetap saja gak ngaruh. smoking must go on, minjem istilah show business. pengin sih berhenti, tapi susah tuh. biar ada yang ngasih tau sambil ngeledek: "lu kan pengen ngeliat anaklu di wisuda. berhenti napa sih ngerokoknya." senyum kecut menghiasi wajah saya. dipikir-pikir omongan teman ini benar sekali. tapi, tetap saja saya 'membakar duit'.

sampai akhirnya: no smoking at all. lah, kok, jadinya 'curhat' sih.

balik lagi ke larangan tadi. sampai sekarang saya masih terus bertanya: bagaimana caranya agar orang mau menghentikan kebiasaan merokok dengan sukarela dan ikhlas? bukannya apa-apa. teman-teman kantor masih banyak yang merokok. (ada satu ruangan yang kita sebut 'kamar gas' karena penghuninya smoker semua.) mereka semua sadar akan 'manfaatnya' rokok. mereka juga sering melihat iklan layanan masyarakat tentang rokok. sudah ada juga contoh jelas mereka yang sakit (bahkan meninggal) karena merokok. tapi semuanya gak ngaruh...

adakah yang tahu caranya?

You Might Also Like

0 komentar

populer...