seratus delapan puluh menit...

6:24 AM

jalur rutin perjalanan saya dari rumah menuju tempat mencari sesuap nasi, dan sesendok berlian adalah depok timur-margonda-pasar minggu-tebet. tak usah disebutkan yah rinciannya jalurnya, nanti malah seperti krl :D. kalau tak ada keperluan mendadak atau urgen, saya biasanya melangkahkan kaki keluar dari pintu rumah sekitar jam enam lewat tiga puluh menit. bisa juga lebih pagi dari itu, dan ini kalau anak saya sekolah. kalau giliran nanda libur, jam ngantor pun ya jadi boleh

tadi pagi, ditingkahi rinai gerimis, saya berangkat setengah tujuh lewat. alhamdulillah, sampai di depan kompleks, mobil yang akan membawa saya ke pasar minggu datang. beruntung tidak ada kemacetan yang berarti. margonda juga lancar lalu lintasnya. nah, menjelang jembatan layang ui, mulailah menebak-nebak. apalagi senin kemarin, 'jembatan samber nyawa' (entah siapa yang memberikan nama ini? mengerikan sekali :D) sedang diperbaiki. muacetnya sudah dimulai dari margonda. tapi, alhamdulillah, tadi malah lancar-lancar saja.

sampai pasar minggu pun masih terhitung pagi. perjalanan berlanjut ke arah tebet. awalnya sih kelihatan tidak terlalu macet. titik kemacetan ada di tempat biasa. namun, harapan tinggal harapan. lalu lintas di jakarta sukar untuk diperkirakan. bersiaplah menikmati kemacetan. metro mini yang saya tumpangi jalan tersendat-sendat. yang lebih menambah nikmatnya macet adalah ketika para penumpang dipindahkan dioper, istilah para kondektur ke bus lain. untungnya alasan pengoperan adalah ban yang kempes. dan, ini jelas kelihatan. kalau alasannya pergantian sopir alias aplusan pengemudi, duh, benar-benar menjengkelkan.

selesai pengoperan, alhamdulillah dapat tempat duduk. kalau tidak lumayan juga harus berdiri setengah perjalanan lagi. yah, sudahlah nikmati saja. toh, bukan saya sendirian. tapi ramai-ramai satu metro mini. dan, yang namanya macet, benar-benar macet. dihitung-hitung sampai di kantor tidak kurang dari seratus delapan puluh menit saja.

You Might Also Like

3 komentar

populer...