sakitnya kok kampungan...

4:05 PM

tanya 1: kok jalannya gitu?
tanya 2: kakinya kenapa?
tanya 3: keseleo atau terkilir?
jawab saya: bukan, kena kutu air...
komentar 1: yah, kalo sakit yang kerenan dikit dong...
komentar 2: kok sakitnya kampungan sih...

sebelumnya saya mau minta maaf dulu sama anda semua yang tinggal di kampung karena membawa-bawa anda. tapi, saya sama sekali, tidak bermaksud merendahkan karena saya juga tinggal di kampung sukmajaya (hanya saja sekarang statusnya di-update menjadi kelurahan). sakit kampungan? kalau yang ini nadanya memang merendahkan. karena apa? karena kebanyakan yang terkena penyakit ini adalah masyarakat bawah, misal, pramuwisma yang kerjaannya banyak bergelut dengan air seperti cuci-mencuci.

akan halnya saya yang pekerjaannya bukan melulu berurusan dengan air seperti mencuci (kadang-kadang sih bantu-bantu istri cuci-cuci piring) kok bisa terkena sakit 'kampungan' itu. sebelum lebih jauh lagi, mari tengok sebentar konsep sakit
seseorang dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit menahun (kronis), atau gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas kerja/kegiatannya terganggu. walaupun seseorang sakit (istilah sehari-hari) seperti masuk angin, pilek, tetapi bila ia tidak terganggu untuk melaksanakan kegiatannya, maka ia dianggap tidak sakit.
karena sudah mengganggu aktivitas maka saya pun termasuk kategori sakit. tapi kenapa harus kutu air? mungkin karena tinggal di kampung? awalnya sih, sela-sela kaki terasa gatal. ini saya anggap biasa saja. garuk-garuk dikit, palingan juga hilanglah. atau, kasihkan minyak tawon, besoknya juga sembuh. tapi, kali ini, saya salah duga.

barangkali karena badan juga lagi gak fit, kutu air yang sejatinya bukan kutu ini melainkan jamur (yang kecil dan hanya dapat dilihat dengan mikroskop lihat juga ini malah makin menjadi-jadi. semakin gatal. dan, tentu saja semakin asyik digaruk. dan, inilah yang membikin kutu air semakin marak.

sebagai orang awam, saya kadang sok tahu dengan mengobati diri sendiri. lihat salep nganggur ya itu yang dipakai. tapi kok gak ada perubahan. ada saran lain, pakai salep merek x saja yang murah meriah. dijamin sembuh deh. coba lagi. gak mempan juga. si kutu, eh, jamur tetap ada. kulitpun meruyak.

lihat buku kumpulan obat: kutu air bisa diobati dengan cuka apel atau soda kue. dicobakah? tentu saja. efeknya sami mawon dengan yang sebelumnya. malahan jari-jari kaki seperti tertarik. duh, mulai putus asa. mulai menimbang-nimbang: apa tidak sebaiknya ke dokter. tapi, nanti dulu deh.

belajar dari pengalaman, seperti kata ungkapan pengalaman adalah guru yang paling baik, serta gugling sana-sini, ketemu dengan pengobatan: basah lawan basah. si 'kampungan' ini kan meruyakan kulit dan mengeluarkan getah (pada tingkat yang parah dapat berupa nanah). getah ini yang membuat basah sela kaki. selama basah jari tidak boleh diberi salep. harus menunggu kering dulu. bagaimana agar ia kering? nah, itu, kompres dengan larutan infus. kompres dalam artian bukan dibalut ya, tapi, lebih bersifat membersihkan sambil ditekan agar getahnya keluar. hanya saja pengompresan ini harus ajek, semisal dua jam sekali. lama kelamaan, si jari pun mulai mengering. kulit ari yang baru mulai keluar. artinya, mengarah ke sembuh.

jalan pun tidak lagi terpincang-pincang. pakai sepatu tidak lagi masalah (coba pakai sandal jepit, bisa-bisa dibilang makin kampungan. udah sakitnya kampungan, eh, sandalan pula :D). entah siapa pula yang memulai atau membuat kategori sakit kampungan dan sakit keren. padahal kalau merujuk ke konsep sakit, ya gak ada istilah sakit kampungan atau keren itu. saya juga heran, sakit kok harus keren. siapapun yang masih normal, pastinya memilih untuk tidak sakit. bukankah begitu...

You Might Also Like

1 komentar

populer...