terbakar, alhamdulillah...
5:04 PMsebuah mini bus jemputan anak sekolah terbakar... alhamdulillah. lah, kok malah alhamdulillah? alhamdulillah karena tak ada satupun korban jiwa. sang pengemudi berhasil menyelamatkan dua penumpang kecil dan dirinya sendiri. mengapa bisa terbakar? lupakan soal itu karena ujung-ujungnya bisa-bisa menyalahkan supir. saat mendapat kabar kebakaran ini, saya langsung membatin: setahu saya mobil itulah sumber penghidupan. sekarang terbakar dan mobil itu masih belum lunas kreditannya. subhanalah. gusti allah pasti tidak tidur...
selang beberapa hari kejadian, ibunya nanda yang istri saya itu (bersama seorang ibu lain) bersilaturahim ke rumah dik fulan. (tidak kurang dari tiga tahun nanda sempat mengikuti antar-jemput dengan dik fulan). saya dan nanda yang di rumah, menanti dengan harap-harap cemas akan berita yang dibawa istri saya. belum lagi, ibunya istirahat, nanda (saya juga :D) sudah menanyakan kabar si om. (gak sabaran amat sih).
alhamdulillah. memang demikianlah, barangkali, jalan yang digariskan gusti allah. rupanya pekerjaan sebagai supir tidak direstui oleh ibu om fulan. tapi untuk berpindah pekerjaan juga tidaklah mudah. sampai akhirnya mobil itu terbakar. si om cerita usai kebakaran — yang memakan waktu agak lama karena si om sempat menelepon pegawai asuransi dan polisi juga datang melihat — yang berkecamuk di benaknya adalah ibunya. mengapa ibunya? sang ibu mengidap penyakit jantung. ia berpikir keras bagaimana harus bercerita kepada ibunya.
pada hari kejadian ia pulang dan tidak langsung bercerita. esoknya, malah sang ibu yang bertanya: kok mobilnya gak dibawa pulang? mau tak mau, fulan pun bercerita apa adanya. subhanalah. ibunya tidak apa-apa. malahan, kalau ingin dikatakan gembira, karena anaknya tak harus lagi menjadi pengemudi jemputan. satu soal selesai. urusan kredit?
beruntunglah, dik fulan ini mempunyai jejaring yang cukup luas (juga para tetangga yang berempati dengan mengajaknya memancing agar fulan tidak terlalu bingung memikirkan masalahnya. malahan, suatu kali, ikan hasil memancing diserahkan semua ke dik fulan) ada seorang pemilik bengkel yang tertarik dengan mobil terbakar itu. bayangan saya, paling juga bakal dijual 'ketengan' alias dikilo sebagai besi tua. eits, ternyata saya salah. alhamdulillah. sasis alias rangkanya sama sekali tidak bengkok atau melengkung (padahal melengkung sedikit saja, bakal jadi besi kiloan). mesinnya juga tidak kurang satu apa-apa. dan, mobil ini dibeli seharga dengan jumlah sisa kredit yang masih harus dilunasi dik fulan.
happy ending everybody? gusti allah memang tidak tidur. setelah urusan jual-beli selesai, dik fulan akan memulai kehidupan barunya di surabaya. ia tak lagi menjadi pengemudi jemputan. sebuah pekerjaan telah menanti. doa kami — para ortu yang putra-putrinya pernah diantarjemput om fulan — menyertai.
selang beberapa hari kejadian, ibunya nanda yang istri saya itu (bersama seorang ibu lain) bersilaturahim ke rumah dik fulan. (tidak kurang dari tiga tahun nanda sempat mengikuti antar-jemput dengan dik fulan). saya dan nanda yang di rumah, menanti dengan harap-harap cemas akan berita yang dibawa istri saya. belum lagi, ibunya istirahat, nanda (saya juga :D) sudah menanyakan kabar si om. (gak sabaran amat sih).
alhamdulillah. memang demikianlah, barangkali, jalan yang digariskan gusti allah. rupanya pekerjaan sebagai supir tidak direstui oleh ibu om fulan. tapi untuk berpindah pekerjaan juga tidaklah mudah. sampai akhirnya mobil itu terbakar. si om cerita usai kebakaran — yang memakan waktu agak lama karena si om sempat menelepon pegawai asuransi dan polisi juga datang melihat — yang berkecamuk di benaknya adalah ibunya. mengapa ibunya? sang ibu mengidap penyakit jantung. ia berpikir keras bagaimana harus bercerita kepada ibunya.
pada hari kejadian ia pulang dan tidak langsung bercerita. esoknya, malah sang ibu yang bertanya: kok mobilnya gak dibawa pulang? mau tak mau, fulan pun bercerita apa adanya. subhanalah. ibunya tidak apa-apa. malahan, kalau ingin dikatakan gembira, karena anaknya tak harus lagi menjadi pengemudi jemputan. satu soal selesai. urusan kredit?
beruntunglah, dik fulan ini mempunyai jejaring yang cukup luas (juga para tetangga yang berempati dengan mengajaknya memancing agar fulan tidak terlalu bingung memikirkan masalahnya. malahan, suatu kali, ikan hasil memancing diserahkan semua ke dik fulan) ada seorang pemilik bengkel yang tertarik dengan mobil terbakar itu. bayangan saya, paling juga bakal dijual 'ketengan' alias dikilo sebagai besi tua. eits, ternyata saya salah. alhamdulillah. sasis alias rangkanya sama sekali tidak bengkok atau melengkung (padahal melengkung sedikit saja, bakal jadi besi kiloan). mesinnya juga tidak kurang satu apa-apa. dan, mobil ini dibeli seharga dengan jumlah sisa kredit yang masih harus dilunasi dik fulan.
happy ending everybody? gusti allah memang tidak tidur. setelah urusan jual-beli selesai, dik fulan akan memulai kehidupan barunya di surabaya. ia tak lagi menjadi pengemudi jemputan. sebuah pekerjaan telah menanti. doa kami — para ortu yang putra-putrinya pernah diantarjemput om fulan — menyertai.
4 komentar