"jauh amat sih, udah dibilang stop masih jalan terus," gerutu seorang penumpang metro mini. apa pasal? si penumpang ini hendak turun di tempat tujuannya. atau tempat ia biasa turun. kalau hanya menggerutu, barangkali, tidak begitu mengganggu. adakalanya, sudah menggerutu (kadang mengumpat) ditambah pula dengan memukul-mukul (bila tak ingin dibilang menggebrak) plafon. pelakunya bisa perorangan, bisa juga rombongan. rombongan? ya, biasanya yang rombongan ini...
persiapannya boleh jadi makan waktu lama. bisa berbulan-bulan. meski pestanya atawa syukurannya atau selamatannya cuma beberapa jam saja. yang repot boleh dibilang orang sekampung. rapat intern keluarga. rapat ekstern keluarga. rapat antar keluarga. rapat ini. rapat itu. tiap minggu kayaknya isinya rapat mulu. pesan tempat resepsi alias booking gedung, kalau tempatnya laku atau lagi trend bisa-bisa enam bulan dimuka. terus bagaimana dengan yang...
ini barangkali berhubungan dengan masalah kebiasaan. tapi bukan adat istiadat. terlalu jauh kalau dikatakan demikian. namun begitu, dibilang bersinggungan dengan kebudayaan, mungkin, lebih, kejauhan. kebiasaan ini dilakukan oleh siapa saja. tidak pandang jender. bisa wanita, bisa pria. anak kecil melakukannya. orang dewasa tak kurang juga. kebiasaan kecil memang.pernahkah anda semua melihat orang membuang sampah? pasti pernah dan melakukannya juga. tapi ada juga mereka...
entah siapa yang memulai mengamen di kendaraan umum, seperti metro mini atau kereta rel listrik. entah kapan juga dimulai. yang pasti saat ini kompetisi diantara para pengamen, nampaknya, semakin ketat. mulai dari yang bermodalkan cuma kecrekan sampai pakai biola segala. pengamennya juga beragam mulai dari anak-anak ingusan sampai orang (sudah) tua. ada yang cuma sorangan alias sendirian. tidak jarang yang trio atau kwartet....
biasanya sih tukang foto amatir ini beredar di tempat-tempat rekreasi. biasanya juga pake kamera polaroid. "buat kenang-kenangan pak, bu.." kata si tukang foto menawarkan jasanya. fotografer amatir ini juga dikenal gigih dalam bekerja. nawarinnya tidak cuma sekali-dua. kalau kita menolak, dia terus ngintil alias ngikutin terus kemana kita bergerak. nolak lagi. diikutin terus juga. sampai akhirnya calon konsumen benar-benar tidak bisa dipersuasi untuk dipotret, barulah ia pergi. proses kerjanya juga sederhana. dibidik, ditarik keluar, dikipas-kipas (biar kering :d), jadilah selembar memori. lengkap dengan frame-nya. tidak ada klisenya memang, tapi kalo mau repot sedikit dan merogoh kocek, bisa direpro di foto studio.
nah, minggu lalu, saya ketemu, bukan ketemu sih, melihat seorang fotografer amatir sedang beraksi. lokasinya di terminal pasar minggu. objek fotonya? bus? ya bukan dong. tukang sayur yang berjualan di jalur yang seharusnya menjadi jalur bus. kalo yang satu ini, kelihatannya lebih santai dibanding tukang foto di tempat rekreasi. karena tidak ada kompetitor. selain itu, calon konsumennya lebih mudah dipersuasi. mereka tidak mungkin lari atau pergi, wong sedang berjualan. waktu saya lihat itu, si fotografer wanita ini sedang menata aksesoris yang bikin modelnya semakin sumringah. ada cabe merah, wortel, kubis, kol sampai sawi. benar-benar meriah. yang seru saat si fotografer akan memotret. karena itu di jalur bus, maka ia harus menunggu bus atau mikrolet yang lewat agak sepi. untungnya sudah cukup malam dan dibantu oleh macetnya arus. pyarrr... lampu kilat berpendar, "minggu depan ya mas selesainya," ujar sang fotografer berkerudung itu.
nah, minggu lalu, saya ketemu, bukan ketemu sih, melihat seorang fotografer amatir sedang beraksi. lokasinya di terminal pasar minggu. objek fotonya? bus? ya bukan dong. tukang sayur yang berjualan di jalur yang seharusnya menjadi jalur bus. kalo yang satu ini, kelihatannya lebih santai dibanding tukang foto di tempat rekreasi. karena tidak ada kompetitor. selain itu, calon konsumennya lebih mudah dipersuasi. mereka tidak mungkin lari atau pergi, wong sedang berjualan. waktu saya lihat itu, si fotografer wanita ini sedang menata aksesoris yang bikin modelnya semakin sumringah. ada cabe merah, wortel, kubis, kol sampai sawi. benar-benar meriah. yang seru saat si fotografer akan memotret. karena itu di jalur bus, maka ia harus menunggu bus atau mikrolet yang lewat agak sepi. untungnya sudah cukup malam dan dibantu oleh macetnya arus. pyarrr... lampu kilat berpendar, "minggu depan ya mas selesainya," ujar sang fotografer berkerudung itu.
macet. lagu lama. cerita biasa. yang tiap hari dijalani. mau naik jaguar kek. naik mocin kek. metro mini kek. semua pasti kebagian macet. oh, ya, ini cerita di jakarta. tapi yang naik jaguar gak bakalan ngalamin yang gini nih. asyiknya meratiin pola tingkah para penglaju di kendaraan umum, bukan kereta api ya. oh, ya, saya tinggal di daerah pinggiran jakarta, di depok.
meski sudah tahu jalur depok-pasar minggu pastinya macet, para penglaju ini seperti orang asing yang baru pertama kali naik angkutan umum. ada yang kelihatannya resah banget. sebentar-sebentar melihat jam tangannya. juga melihat ke arah jalan di depan. tak lupa pula mulutnya mendesah-desah: "aduh, telat lagi ni." dan, entah kebetulan entah tidak ya. kebanyakan, kok, kaum wanita. (maaf loh, saya tidak bermaksud membeda-bedakan gender).
ada juga yang malah asyik memencet-mencet keypad telepon genggamnya. mungkin bagi yang ini, pikirnya, peduli amat mau macet atau lancar gak masalah. yang penting bisa mengirim atau menerima sms. kadang ada juga ring tone meriah abis yang membuat kita seperti sedang di toko kaset.
yang asyik baca koran juga ada kok. kalo ini mesti punya keterampilan khusus yaitu membolak-balik surat kabar tanpa mengganggu penumpang sebelah. meski kadang ada juga yang cuek. balik aja tuh koran, nyenggol tetangga ya senyum aja minta maaf.
yang bete kalo ada yang ngerokok. bukannya saya anti perokok. tidak. toh, yang dia 'bakar' kan duitnya sendiri. tapi, jangan bagi-bagi asapnya buat orang lain dong. telen aja semuanya sendiri. malah gak rugi kan dia.
begitulah pengamatan singkat saya. mohon maaf bila ada yang tidak berkenan.
meski sudah tahu jalur depok-pasar minggu pastinya macet, para penglaju ini seperti orang asing yang baru pertama kali naik angkutan umum. ada yang kelihatannya resah banget. sebentar-sebentar melihat jam tangannya. juga melihat ke arah jalan di depan. tak lupa pula mulutnya mendesah-desah: "aduh, telat lagi ni." dan, entah kebetulan entah tidak ya. kebanyakan, kok, kaum wanita. (maaf loh, saya tidak bermaksud membeda-bedakan gender).
ada juga yang malah asyik memencet-mencet keypad telepon genggamnya. mungkin bagi yang ini, pikirnya, peduli amat mau macet atau lancar gak masalah. yang penting bisa mengirim atau menerima sms. kadang ada juga ring tone meriah abis yang membuat kita seperti sedang di toko kaset.
yang asyik baca koran juga ada kok. kalo ini mesti punya keterampilan khusus yaitu membolak-balik surat kabar tanpa mengganggu penumpang sebelah. meski kadang ada juga yang cuek. balik aja tuh koran, nyenggol tetangga ya senyum aja minta maaf.
yang bete kalo ada yang ngerokok. bukannya saya anti perokok. tidak. toh, yang dia 'bakar' kan duitnya sendiri. tapi, jangan bagi-bagi asapnya buat orang lain dong. telen aja semuanya sendiri. malah gak rugi kan dia.
begitulah pengamatan singkat saya. mohon maaf bila ada yang tidak berkenan.
ya dan tidak. jaman sekarang kan copywriter kalo nulis bukan seperti waktu era 'kuda gigit besi'. harus ada kertas dan alat tulis serta mesin tik. persediaan kertas kudu banyak. soalnya nulis sebaris terus rasanya gak sreg, ya di untel-untel terus masuk keranjang sampah. makanya dulu ada yang namanya kertas buram. nah, ini buat coret-coretan, buat bikin konsep, kadang buat ngegambar yang gak ada hubungannya dengan kerjaan. makanya lagi, copywriter jaman baheula mah punya persediaan tipp-ex segala.
jaman sekarang, copywriter kalo gak ada computer kayak mati angin. 'aduh gak bisa nulis nih,' atawa 'dah kebiasaan pake keyboard nih,' terus jadi gagap buat nulis di kertas? ya, gak pa pa sih. wong, setiap orang kan punya gaya sendiri buat nulis. ada yang sambil 'bakar duit' terus asapnya dibulat-bulatkan atawa dibikin gambar hati. ada juga yang kayaknya ngelamun (mungkin juga ngelamun beneran yang lain :d) terus nulis-nulis. ada juga yang bengong di depan monitor (sambil nyerap radiasi yang dipancarkan). pokoknya segala macam deh. apapapun gayanya, yang penting akhir bulan gajian :d. ops, maksudnya jadi copy-nya.
jadi, mari mulai menulis setiap hari. meski cuma satu kata. klise ya.
jaman sekarang, copywriter kalo gak ada computer kayak mati angin. 'aduh gak bisa nulis nih,' atawa 'dah kebiasaan pake keyboard nih,' terus jadi gagap buat nulis di kertas? ya, gak pa pa sih. wong, setiap orang kan punya gaya sendiri buat nulis. ada yang sambil 'bakar duit' terus asapnya dibulat-bulatkan atawa dibikin gambar hati. ada juga yang kayaknya ngelamun (mungkin juga ngelamun beneran yang lain :d) terus nulis-nulis. ada juga yang bengong di depan monitor (sambil nyerap radiasi yang dipancarkan). pokoknya segala macam deh. apapapun gayanya, yang penting akhir bulan gajian :d. ops, maksudnya jadi copy-nya.
jadi, mari mulai menulis setiap hari. meski cuma satu kata. klise ya.