yang baru ni bos...

5:52 PM

sabtu kemarin antara rasa iseng dan penasaran saya menyusuri jalan pinangsia (seberang stasiun kota atau yang lebih dikenal dengan beos) menuju pancoran. iseng yang tak perlu karena ada pilihan untuk menaiki angkot, ojek sepeda atau ojek motor. entah mulai kapan ojek motor beroperasi di sana. penasaran ingin melihat ada gak sih yang berubah di daerah pecinan itu.

siang yang agak terik tidaklah menjadi masalah, yang membuat saya tidak tahan adalah asap knalpot yang disemburkan mobil serta motor di jalan yang macet itu. tapi ini memang resiko yang harus dijalani. sambil melangkahkan kaki mata saya melihat ke kiri dan kanan seakan sedang mencari sesuatu. padahal pengin melihat ada yang barukah di situ. ternyata mata dagangan para pebisnis masih seperti dulu: keramik, kunci-kunci, kran, perlengkapan kamar mandi dan sebagainya.

sampai di seberang orion plaza sambil ingin memastikan jalan menuju harco saya berhenti sejenak untuk mereguk segelas es jeruk. pura-pura sok tahulah saya. “bang jalan ke harco kan deket situ ya,” tanya saya sambil menunjuk ke seberang jalan. “iya pak. itu yang kayak antena udah harco,” jawabnya. saya manggut-manggut sambil bertanya lagi: “cuma satu kan jalan ke situ.” saya pun beranjak menuju harco.

sejatinya saya tak perlu bertanya-tanya karena pernah ke daerah ini (karena masa kecil saya habiskan di daerah jembatan lima yang dekat ke pancoran kota). namun sejak pindah domisili saya jarang ke china town ini. daripada nyasar lebih baik bertanya kan. saat kaki melangkah memasuki jalan ‘setapak’ pemandangannya masih seperti dulu. di atas meja di depan kios laki-laki dan wanita muda serius membungkus cd/vcd atau dvd berisikan lagu mp3 atau film.

ada yang agak berbeda memang. kalau dulu para penjual vcd ‘felem biru’ menawarkan dagangannya seperti malu-malu sambil berbisik. kini tak perlu lagi basa-basi. tak perlu lagi bisik-bisik. langsung saja sambil berusaha menggandeng saya: “bos be-ef ni. baru ni.” saya hanya senyum sambil menggelengkan kepala. lepas yang satu pedagang lain tetap mencoba menawarkan barang barunya. saya bergeming. saat itu saya jadi ingat dengan sebuah kain rentang yang berbunyi ‘berantas pornografi. wujudkan indonesia yang bermartabat’. bak kata pepatah: anjing boleh terus menggonggong jualan (be-ef) juga jalan terus.

selepas dari harco saya menyeberangi jalan menuju glodok. saya sengaja melipir jalan di belakang gedung glodok. di sini pun tak suasananya hampir sama. tak banyak yang berubah. para pembawa barang ada yang menggunakan lori atau dipanggul di pundak lalu lalang di jalan yang sempit. sambil jalan mata perut mencari-cari hidangan untuk makan siang. makanan kegemaran di masa kecil. saya berjalan semakin ke dalam. tapi kok tak ada tukangnya. ke dalam lagi sedikit dan aha itu dia: soto mie. makanan murah meriah. bergizi? insya allah.

selesai bersantap kaki kembali melangkah. toko-toko lama yang berjualan barang kelontongan masih ada juga. tapi ada satu toko yang tidak lagi saya temukan: 'set tjioek'. toko sepatu kulit yang menjual barang-barang buatannya sendiri. ini toko langganan saya berbelanja sepatu sandal. modelnya sederhana. hanya dua kulit menyilang seperti sandal jepit. sepatu pastur kata teman-teman dulu karena mirip dengan yang digunakan pastur.

dari glodog menuju jembatan lima saya menggunakan ojek sepeda. kemacetan sudah menanti saat melaju di jalan toko tiga. mau protes dengan supir-supir angkot yang ngetem sembarangan? tak ada guna. mari nikmati saja. :d akhirnya saya pun memilih turun untuk berjalan kaki. ah, panas yang menerpa kepala tak lagi terasakan saat sampai di rumah ibu. "bu, aku datang nih..."

catatan: jadi gak ke harco? jadi sih. kata temen kalo mo beli sidi sofwer di harco aja lebih murah daripada di mangdu alias mangga dua. saya pun berputar-putar di harco. tapi yang ketemu malah tukang komputer. tak masalah bagi saya. saya pun turun ke lantai satu di sini pemandangan lebih asyik: banyak peralatan audio-visual yang oke-oke. tapi saya hanya window shopping.:d

You Might Also Like

5 komentar

populer...