bagian satu: seperti biasa setiap berangkat kerja saya ‘menumpang’ jemputan nanda. sambil menunggu mobil jemputan datang di perempatan jalan dalam kompleks, nanda asyik mengobrol dengan temannya. temanya adalah ‘asphalt urban’ alias game balap mobil yang dimainkan di telepon genggam. masing-masing menceritakan kepiawaiannya menaklukkan mobil saingan. sementara saya menjadi pendengar setia (:d).
dari ujung jalan suara motor menderu disertai teriakan: “ayam… ayam…”. ya, benar. tukang ayam potong di tempat saya menggunakan sepeda motor saat menjajakan dagangannya. selama ini, paling-paling saya hanya melihat tukang roti atau bubur ayam yang menggunakan kendaraan roda dua. terakhir ada pula tukang sayur keliling.
tepat dekat kami ‘mangkal’ sehari-hari. tukang ayam itu berhenti. tetangga kami ingin membeli ayam. tawar-menawar sejenak tanpa perlu tarik urat leher. tercapai kesepakatan harga. “ayamnya dipotong enam bang,” kata si ibu. si abang mengiyakan dan mulai mengayunkan goloknya dengan lincah. penjual dan pembeli asyik dengan ayam. tapi, tanpa mereka sadari ada yang sedari tadi memperhatikan. entah saking lincahnya, entah lalai, sepotong ayam meluncur ke tanah. dengan cekatan si pemerhati langsung mencaplok ayam itu. si abang kalah cepat. si kucing yang menang. si abang ingin mengambil potongan ayam itu namun si ibu bilang: “biarin bang, udah rejekinya si kucing.”
bagian dua: sore hari di kantor. rinai gerimis di bulan november. tukang bakso lewat. seorang teman memanggilnya. kemudian ia menawarkan teman-teman lain. mungkin karena lapar mata atau lapar beneran, teman-teman lain tak menyia-nyiakan tawaran itu. alhasil tigabelas mangkok bakso harus diracik si tukang bakso. dan, ia pun langsung pulang karena dagangannya ludas tandas. “rejeki si abang sama rejeki kita ya,” ujar seorang teman yang baru saja makan gratis.
rejeki memang tidak datang dengan sendirinya. tapi iapun tak perlu dikejar-kejar dengan secara membabi-buta. apalagi diburu macam mencari teroris. namun kita perlu menggapainya. berusaha untuk mendapatkannya. dan, ia berlaku untuk semua mahluk hidup di seluruh muka bumi ini.
si kucing jelas-jelas berusaha. ia 'mengintil' si tukang dan akhirnya berhasil mendapatkan sepotong daging. nah, kalau si teman yang makan gratis dimana usahanya?
wallahualam bishawab.
dari ujung jalan suara motor menderu disertai teriakan: “ayam… ayam…”. ya, benar. tukang ayam potong di tempat saya menggunakan sepeda motor saat menjajakan dagangannya. selama ini, paling-paling saya hanya melihat tukang roti atau bubur ayam yang menggunakan kendaraan roda dua. terakhir ada pula tukang sayur keliling.
tepat dekat kami ‘mangkal’ sehari-hari. tukang ayam itu berhenti. tetangga kami ingin membeli ayam. tawar-menawar sejenak tanpa perlu tarik urat leher. tercapai kesepakatan harga. “ayamnya dipotong enam bang,” kata si ibu. si abang mengiyakan dan mulai mengayunkan goloknya dengan lincah. penjual dan pembeli asyik dengan ayam. tapi, tanpa mereka sadari ada yang sedari tadi memperhatikan. entah saking lincahnya, entah lalai, sepotong ayam meluncur ke tanah. dengan cekatan si pemerhati langsung mencaplok ayam itu. si abang kalah cepat. si kucing yang menang. si abang ingin mengambil potongan ayam itu namun si ibu bilang: “biarin bang, udah rejekinya si kucing.”
bagian dua: sore hari di kantor. rinai gerimis di bulan november. tukang bakso lewat. seorang teman memanggilnya. kemudian ia menawarkan teman-teman lain. mungkin karena lapar mata atau lapar beneran, teman-teman lain tak menyia-nyiakan tawaran itu. alhasil tigabelas mangkok bakso harus diracik si tukang bakso. dan, ia pun langsung pulang karena dagangannya ludas tandas. “rejeki si abang sama rejeki kita ya,” ujar seorang teman yang baru saja makan gratis.
rejeki memang tidak datang dengan sendirinya. tapi iapun tak perlu dikejar-kejar dengan secara membabi-buta. apalagi diburu macam mencari teroris. namun kita perlu menggapainya. berusaha untuk mendapatkannya. dan, ia berlaku untuk semua mahluk hidup di seluruh muka bumi ini.
si kucing jelas-jelas berusaha. ia 'mengintil' si tukang dan akhirnya berhasil mendapatkan sepotong daging. nah, kalau si teman yang makan gratis dimana usahanya?
wallahualam bishawab.