hati dari batu...

3:25 PM

saya lanjutkan ceritanya ya: tak kurang dari sembilan jam mengudara, kami tiba di bandara haji king abdul aziz. di tanah air kami diingatkan bahwa proses administrasi bisa berlangsung 5-6 jam. jadi kami harus menunggu pemeriksaan paspor dan penyelesaian bagasi selama itu dalam pakaian ihrom. namun alhamdulillah 2 jam selesai semuanya. sekitar jam 24-an kami menuju mekah. setelah melewati beberapa check-point kami tiba di mekah hampir jam setengah lima pagi.

saat akan memasuki kota suci mekah, dari bus, kami sempat melihat menara masjidil haram. subhanalah, baru melihat menaranya saja perasaan sudah tak menentu. pengin rasanya cepat-cepat sampai di sana. awalnya kami akan langsung umroh tapi ditunda setelah sholat subuh. sekitar jam tujuh-an kami menuju masjidil haram. alhamdulillah jarak hotel ke masjid 50meteran (tapi sampai depan masjid alias pelataran paling luar. jadi ke dalamnya tambahkan lagi dengan 300meteran.).

‘hanya mereka yang hatinya dari batu takkan menangis saat melihat kabah,’ ujar pembimbing ibadah kami. duh gusti allah, adakah saya termasuk golongan itu, dalam hati saya membatin. perasaan campur-aduk bergulung-gulung di kalbu saat kaki melangkah memasuki masjidil haram. ketika babus salam (inilah pintu utama yang disunahkan nabi muhammad saw untuk dimasuki saat pertama kali memasuki masjidil haram) dilewati hati semakin tak menentu. doa pun dilantunkan. ketika sosok kabah terlihat, subhanalah, ‘engkau ijinkan kami ke rumah-mu ya allah’, kami berhenti kembali untuk berdoa dan ya allah, alhamdulilah, tak terasa air mata menetes meski tak berderai.

nikmat-mu yang mana yang akan kami nafikan ya allah? kau ijinkan kami sholat langsung di depan kabah yang biasanya hanya kami bayangkan. sungguh sebuah pengalaman rohani yang tak dapat dilukiskan dengan kata-kata. selesai berdoa kami turun ke pelataran untuk bertawaf. masih diliputi suasana hati yang haru-biru kami memulai mengelilingi kabah.

alhamdulillah, karena tiba di mekah di minggu kedua desember, masjidil haram belum terlalu padat. tawaf kami lakukan tanpa tergesa-gesa dan berdesak-desakan. tiga putaran pertama dapat kami jalani dengan berlari-lari kecil. hati rasanya masih bingung. masih seperti mimpi: benarkah saya di kabah? alhamdulillah dinginnya lantai marmer masjid menyejukkan hati…

You Might Also Like

2 komentar

populer...