darah biru bukan merah...

5:59 PM

bertemu teman lama memang menyenangkan. segala cerita jaman dulu keluar berhamburan. dari yang sedih sampai yang gembira. tapi pertemuan kemarin malah membuat kening saya berkerut-merut. padahal hanya cerita masalah ke-te-tangga-an. 'mbatin saya berkata kok ada ya orang seperti itu. berikut penggalan curhatan teman saya (dengan catatan yang bersangkutan sudah mengijinkan setelah saya paksa-paksa dulu :d):

++ (teman) gua semakin heran sama tetangga gua...
-- (saya) tetangga yang mana?
++ tetangga sebelah rumah yang lagi renovasi rumahnya...
-- oh, bapak fulan itu (sok kenal dan tahu padahal belum pernah ketemu. hanya semata teman saya pernah cerita).
++ iya. sekarang kalo ketemu malah seperti orang gak kenal, kayak buang muka...
-- (pasti meledek) hah, dibuang mukanya... gak punya muka lagi dong (bisa berkonotasi tak tahu malu gak sih? :d)
++ padahal gua gak merasa melakukan kesalahan...
-- itu kan perasaan lo... jangan-jangan di mata si bapak itu elo udah melakukan kesalahan besar sekale (menakut-nakuti :d)
++ ah, gua udah merendahkan diri dengan mengijinkan tukangnya menginjak-injak genteng rumah gua...
-- hahaha... sampai segitunya... (sok bijak) namanya juga hidup bertetangga ya sudah sewajarnya dong kita berbuat seperti itu...
++ tapi kenapa dia begitu kan gua udah beramal, eh, gak boleh ya ngitung-ngitung gitu...
-- gua baru mau ngingetin, gak usahlah menghitung kembali apa yang sudah dikeluarkan...
++ terus gua mesti bagaimana dong? secara dia lebih tua daripada gua dan denger-denger masih berdarah biru...
-- nah, ini dia yang menarik, berdarah biru alias bangsawan alias priyayi...
maaf seribu kali maaf bagi anda yang masuk golongan bangsawan. bagi saya pribadi, di tempat asal (daerah, maksudnya) bolehlah ia menjadi priyayi. tapi manakalah ia berpindah tempat ke daerah lain (atau ke luar negeri) apakah status darah biru harus dibawa terus? apakah kemudian orang lain harus membungkuk-bungkukkan badan untuk menghormatinya? atau orang lain yang harus menegur lebih dahulu saat berpapasan?

duh, bapak fulan tidakkah anda merasa capek dengan berperilaku seperti itu? hidup kan cuma sementara di dunia ini. ibaratnya orang menumpang minum. (lah, kok jadi saya yang sewot sama tetangganya teman saya itu). terakhir, kalau anda menemukan kasus seperti ini bagaimana ya jalan keluar yang baik?

You Might Also Like

5 komentar

populer...