ayo cari musuh...
8:18 PMjalur metro mini pasar minggu-manggarai dan sebaliknya adalah jalur basah buat para pengamen. basah karena turun hujan, eh, seringkali macet. selain itu, armadanya juga banyak. jadi sepanjang jalan itu para pengamen bisa berganti-ganti metro mini sesukanya. hanya saja usaha para pencari rejeki lewat mulut ini dapat terganjal manakala ada metro mini yang memasang pengeras suara ukuran raksasa.
umumnya manakala ada pengamen naik, pak supir otomatis akan mengecilkan volume tape-nya atau mematikannya. ini yang selalu saya alami. tapi tadi pagi, ceritanya menjadi lain. pak pengemudi yang berbadan besar itu bergeming tak mau mengecilkan suara lodspekernya. karuan saja pengamen (anak kecil) langsung turun ketika melihat si supir.
metro mini melaju terus dan naiklah seorang pengamen puisi. badannya lebih besar daripada pengemudi itu. dia memohon pak sopir untuk mengecilkan suara lagu mendayu-dayu. awalnya si bapak enggan mengabulkan keinginan pengamen. tapi, mungkin, karena dilihatnya badannya lebih besar dan bertato pula, dengan terpaksa dikecilkan juga volumenya.
si pengamen masih meminta untuk dikecilkan lagi suaranya. namun pak sopir cuek abis. jadilah suara pengamen dan tape saling bersahutan. sesudah pembaca puisi ada lagi rombongan pengamen. mereka berharap lagunya dimatikan. tapi sia-sialah asa itu. akhirnya, yang waras mengalah, mereka turun.
disambung lagi dengan kelompok pengamen punk dengan busana sesuka hati. rambut a la rasta masta tapi pakai tali rafia. mereka juga memohon untuk dimatikan tapenya. si supir jangan mematikan, menengokpun tidak. turunkah mereka? tidak! nekad saja menyanyi terus. tapi ada satu anggotanya yang berkata: ciri-in mobilnya entar gua bakar! selesai bernyanyi mereka turun sambil mengumpat.
entah kenapa sang supir berperilaku demikian. padahal mereka kan sama-sama sedang mencari nafkah. padahal musiknya belum tentu disukai para penumpang. padahal mencari musuh lebih mudah daripada mencari teman. padahal...
umumnya manakala ada pengamen naik, pak supir otomatis akan mengecilkan volume tape-nya atau mematikannya. ini yang selalu saya alami. tapi tadi pagi, ceritanya menjadi lain. pak pengemudi yang berbadan besar itu bergeming tak mau mengecilkan suara lodspekernya. karuan saja pengamen (anak kecil) langsung turun ketika melihat si supir.
metro mini melaju terus dan naiklah seorang pengamen puisi. badannya lebih besar daripada pengemudi itu. dia memohon pak sopir untuk mengecilkan suara lagu mendayu-dayu. awalnya si bapak enggan mengabulkan keinginan pengamen. tapi, mungkin, karena dilihatnya badannya lebih besar dan bertato pula, dengan terpaksa dikecilkan juga volumenya.
si pengamen masih meminta untuk dikecilkan lagi suaranya. namun pak sopir cuek abis. jadilah suara pengamen dan tape saling bersahutan. sesudah pembaca puisi ada lagi rombongan pengamen. mereka berharap lagunya dimatikan. tapi sia-sialah asa itu. akhirnya, yang waras mengalah, mereka turun.
disambung lagi dengan kelompok pengamen punk dengan busana sesuka hati. rambut a la rasta masta tapi pakai tali rafia. mereka juga memohon untuk dimatikan tapenya. si supir jangan mematikan, menengokpun tidak. turunkah mereka? tidak! nekad saja menyanyi terus. tapi ada satu anggotanya yang berkata: ciri-in mobilnya entar gua bakar! selesai bernyanyi mereka turun sambil mengumpat.
entah kenapa sang supir berperilaku demikian. padahal mereka kan sama-sama sedang mencari nafkah. padahal musiknya belum tentu disukai para penumpang. padahal mencari musuh lebih mudah daripada mencari teman. padahal...
9 komentar