henpon...
6:50 PM saat hari-hari libur saat tidak ngantor alias tidak kerja, saya selalu menyempatkan diri untuk sholat berjamaah. meski nanda kadang susah diajak. tapi, biarlah karena belum wajib saya pun tak mau memaksanya. yang asyik menjelang sholat, nanda selalu cerita dan cerita. biar ayahnya sudah siap, nanda tetap saja cerita. suatu kali, dialog ayah dan anak menjelang sholat dhuhur seperti ini:
“yah, ganti hape lagi yah,” kata nanda
“ganti hape lagi, blom juga satu tahun kok,” kata ayahnya
“ah, kan udah setahun ya,” ujar nanda senyum-senyum
“setahun dimana?” ayahnya menyergah
“iya, udah setahun kan,” nanda masih ngotot
“sudah kita sholat dulu, ngobrolnya terusin nanti ya,” ayahnya menyetop dialog
gonta-ganti hape seperti ganti baju. pengetahuan nanda tentang hape lebih banyak daripada saya. ibunya malah diajarkannya memakai hape. pe-de abis deh dia kalo ngomongin hape. bukan salahnya dia kalau jadi demikian. pertama kali saya bawakan taloid ini, nanda suka banget. berikutnya ia pasti mengingatkan saya untuk membeli taloid itu. “jangan lupa yah, nanti beliin tabloidnya ya yah,” katanya.
selain itu, nanda juga jadi pengin punya hape juga, “yah, beliin hape ini. asyik buat main game.” duh, jadi seperti buah simalakama. padahal maksud saya membelikan tabloid itu dan kadang majalah komputer ini atau ini lebih untuk mengenalkan teknologi. bukan untuk membuatnya jadi gadget mania. yang lebih lagi, hape kok buat main game. saya dan ibunya nanda hanya bisa geleng-geleng kepala.
balik ke soal hape. keluaran sekarang ini semakin canggih saja. lengkap dengan kamera, radio fm, juga sebagai organizer dan sebagainya. ibaratnya kalau mau presentasi cukup menenteng hape. tapi, apakah fitur yang semakin lengkap itu digunakan dengan maksimal? masih ingat saat-saat communicator jadi primadona? semua orang rasanya hebat banget kalau memilikinya. padahal, paling banter dipakai untuk menelepon dan mengirim serta menerima sms. tak lebih dari itu. fitur lainnya jadi pajangan. pada akhirnya, hape hanya buat gengsi-gengsi-an.
ada cerita lain mengenai hape. ada teman di kantor yang membeli hape berkamera. namanya hape baru pasti jadi bahan pembicaraan khalayak ramai. tapi ada satu kawan lain yang iseng: "hape ya hape, kamera ya kamera," katanya. "gak bisa dicampur-campur, masing-masing punya fungsinya sendiri," sambungnya. sang pemilik hape berkamera hanya senyum-senyum kecut. bukan hanya sekali sindiran itu diluncurkan. tapi teman henpon berkamera ini tahan banting. yang lucu kawan yang iseng itu akhirnya malah membeli hape berkamera juga.
buat apa membeli yang lebih kalau kebutuhan kita tak perlu yang lebih? menaikkan gengsi? hare gene…:d
3 komentar