gak ngaruh (juga) ya?

11:35 PM

© 2005 hak cipta pada outmags, volume 08, september 2005 kalau melihat peringatan seperti di sebelah ini, orang jadi takut tidak ya? ada ilustrasi berupa tengkorak seperti pada bendera di kapal perompak atau lazim disebut bajak laut. gambar ini sepertinya pelesetan dari tulisan di bungkus rokok (yang buat saya pribadi malah merusak desain bungkus rokok. tapi itulah peraturan yang harus ditaati para produsen rokok).

begitu banyak artikel tentang bahaya merokok di berbagai media. para perokok pun mengetahui bahwa di sebatang rokok itu terdapat berbagai racun. organisasi wanita tanpa rokok juga kita punya. ada pula komite nasional penanggulangan masalah merokok. blog (sayang tidak di-update, sepertinya) combat komunitas anti rokok juga ada. tak ketinggalan yayasan cinta anak bangsa yang juga ada hubungannya dengan rokok. dan, aneka organisasi atau lembaga sosial masyarakat lainnya. tapi teman-teman saya yang perokok kalau disinggung soal itu ada yang komentarnya seperti ini: “gak ngerokok mati, ngerokok mati juga. mending ngerokok dong.”

sebagai mantan perokok saya ingat awal mencoba-coba merokok. kelas satu smp. ya, masih jelas dalam ingatan di pagar luar sekolah saya dan teman-teman merokok djie-sam-soe. biar batuk-batuk hisap terus. (ketololan yang tidak perlu terjadi :d). tapi tidak berlanjut. artinya, saya tidak merokok. aktivitas itu kembali dimulai akhir sekolah menengah atas dan mulai menapaki dunia mahasiswa. dan, semakin menjadi-jadi ketika mulai bekerja. “sudah kerja boleh dong ngerokok,” kata saya saat itu. tapi, saya hanya merokok saat di kantor. sabtu dan minggu yang merupakan hari libur berarti libur juga merokok. aneh tapi nyata.

ayah saya memang perokok juga. waktu masih anak-anak saya sering diminta ayah untuk membeli rokok. tokonya hanya dua rumah sebelah kanan rumah saya. ini sebenarnya toko yang menjual kapuk (untuk kasur) tapi juga menjual tembakau (seperti warning) dan aneka rokok. rokok kegemaran beliau adalah bentoel merah, entah sekarang masih ada atau tidak. kakak saya juga ada yang perokok. tapi, merokok jelas bukan keturunan ya. :d

saat merokok di kantor, saya benar-benar menjadi orang super egois. dalam ruangan berpendingin udara, hanya saya satu-satunya yang kelepas-kelepus. meski tepat di depan saya ada exhaust tetap saja asap rokok mengisi ruangan kerja itu. tak ada yang (berani) protes. karena saya bos? bukan. karena memang tidak ada larangan merokok. mereka juga tak mau ikut campur dengan urusan saya, toh yang saya bakar duit saya. dalam satu minggu (hari kerja) saya menghabiskan satu slof rokok kretek filter. kalau batuk? berhenti? tidak dong! beralih ke rasa menthol. hehehe. kalau dada sesak rasanya, cukup istirahat satu hari dan besok lanjutkan rokoknya.

pengin rasanya berhenti merokok. saya sudah menghitung-hitung berapa uang yang keluar untuk rokok. tapi yah lewat begitu saja. rokok kembali dihisap. ketika berkeluarga isteri saya tidak melarang saya merokok. pesannya hanya satu: jangan merokok dekat-dekat saya. karena ia asma. saat nanda lahir, ruang gerak merokok sebenarnya semakin sempit. tapi itu bukan masalah besar. (‘kan bisa merokok di kantor). semakin nanda bertambah usianya, pengetahuannya semakin bertambah juga. di mata dia: merokok jelas tidak ada bagus-bagusnya. namun saya masih tetap berkelit.

sampai akhirnya. sakit di dada yang tidak reda setelah satu hari (biasanya paling sakit sehari sih) ditambah ‘tekanan-tekanan’ dari keluarga (gak enak kan gak bisa deket sama anak sendiri), juga ledekan dari mantan perokok (yang lebih dahulu berhenti), dengan berat hati di hari saya baru saja membeli bungkus rokok kedua saya memutuskan berhenti total merokok. saya memilih untuk sehat. saya memilih untuk menabung. saya memilih yang terbaik untuk saya sendiri.

adakah yang ingin mengikuti jejak saya?

You Might Also Like

5 komentar

populer...