hari ini sudah masuk hari ke-duapuluh tiga ramadhan. jadi tinggal enam hari lagi puasa. menengok sebentar ke belakang. ke awal-awal bulan penuh berkah ini menghampiri kita.
suatu siang di jemputan nanda. kok nanda lagi? bukan karena ia anak saya. tapi bagi saya, dunia anak kecil yang kadang suka dipandang sebelah mata, begitu sarat dengan cerita-cerita keseharian. kisah-kisah yang sarat dengan kejujuran. (bukan berarti dunia orang gede gak jujur, lho :d).
dalam perjalanan pulang seorang anak kelas 1 sd, sebut saja fulan namanya, dengan tenang mengambil botol airnya. ia ifthar, karena berpuasa setengah hari. dan, ini sah-sah saja. toh belum ada kewajiban bagi anak yang belum akil untuk berpuasa. melihat fulan berbuka, ada fulan lain yang berkata: “aku juga di rumah mau buka pakai sirup.” “kalau aku dong mau minum sprite,” yang lain ikut menyumbangkan suara.
spontan. tanpa tedeng aling-aling. tak perlu sembunyi-sembunyi. mereka menyuarakan nuraninya. puasa adalah urusan pribadi. masalah individual dengan sang khalik. hanya diri pribadi dan allah swt yang tahu: berpuasa tidaknya kita. boleh saja di rumah kita makan sahur. tapi di tempat kerja malah berbuka. tak ada yang tahu.
seorang teman punya cerita tentang itu. teman ini secara kebetulan menerima telepon yang menanyakan keberadaan (sebut saja sebagai) pak fulan. sang teman menjawab apa adanya yang ia ketahui, “oh, pak fulan sedang makan siang bu.” di seberang sana bertanya: “makan siang? tadi sahur bareng saya kok.” ternyata, saudara-saudari sekalian yang sedang membaca posting-an ini, yang menelepon itu adalah isteri pak fulan. kata teman itu mengakhiri ceritanya: “aku pikir pak fulan gak puasa, wong tadi pamit makan siang kok.”
siapa yang jujur?
suatu siang di jemputan nanda. kok nanda lagi? bukan karena ia anak saya. tapi bagi saya, dunia anak kecil yang kadang suka dipandang sebelah mata, begitu sarat dengan cerita-cerita keseharian. kisah-kisah yang sarat dengan kejujuran. (bukan berarti dunia orang gede gak jujur, lho :d).
dalam perjalanan pulang seorang anak kelas 1 sd, sebut saja fulan namanya, dengan tenang mengambil botol airnya. ia ifthar, karena berpuasa setengah hari. dan, ini sah-sah saja. toh belum ada kewajiban bagi anak yang belum akil untuk berpuasa. melihat fulan berbuka, ada fulan lain yang berkata: “aku juga di rumah mau buka pakai sirup.” “kalau aku dong mau minum sprite,” yang lain ikut menyumbangkan suara.
spontan. tanpa tedeng aling-aling. tak perlu sembunyi-sembunyi. mereka menyuarakan nuraninya. puasa adalah urusan pribadi. masalah individual dengan sang khalik. hanya diri pribadi dan allah swt yang tahu: berpuasa tidaknya kita. boleh saja di rumah kita makan sahur. tapi di tempat kerja malah berbuka. tak ada yang tahu.
seorang teman punya cerita tentang itu. teman ini secara kebetulan menerima telepon yang menanyakan keberadaan (sebut saja sebagai) pak fulan. sang teman menjawab apa adanya yang ia ketahui, “oh, pak fulan sedang makan siang bu.” di seberang sana bertanya: “makan siang? tadi sahur bareng saya kok.” ternyata, saudara-saudari sekalian yang sedang membaca posting-an ini, yang menelepon itu adalah isteri pak fulan. kata teman itu mengakhiri ceritanya: “aku pikir pak fulan gak puasa, wong tadi pamit makan siang kok.”
siapa yang jujur?
”wah pensiun muda, kok bisa? tanya yang satu.
“pasti ‘vokalis’, kena deh pensiun dini,” sambar yang lain.
“pesangonnya mestinya sih gede, pensiun dini sih,” kata yang satu lagi.
dan, masih banyak interpretasi dapat diberikan kalau kita mendengar atau membaca kata-kata yang menjadi judul posting-an ini. tapi, siapa yang mengajukannya? coba simak kutipan berikut ini:
Ahmad Syafii Maarif membahas tuntas sms pensiunnya sang iblis di salah satu koran ibukota terbitan duapuluh lima oktober 2005. dan, di akhir tulisannya, harapan syafii maarif juga menjadi asa kita semua: “Siapa tahu akan ada hikmah Ramadhan tahun 1426 ini. Semoga”
“pasti ‘vokalis’, kena deh pensiun dini,” sambar yang lain.
“pesangonnya mestinya sih gede, pensiun dini sih,” kata yang satu lagi.
dan, masih banyak interpretasi dapat diberikan kalau kita mendengar atau membaca kata-kata yang menjadi judul posting-an ini. tapi, siapa yang mengajukannya? coba simak kutipan berikut ini:
ëPada 19 Oktober 2005, pukul 01.57.43 dini hari, saya menerima SMS dari seorang pengamat sosial politik yang juga pengusaha sukses yang bunyinya sebagai berikut (bahasa sedikit saya ubah): ''Iblis minta pensiun muda. Allah bertanya: 'Wahai Iblis, kenapa kau kembali kepada-Ku, padahal engkau sendiri yang minta untuk menggoda manusia?' Iblis menjawab: 'Hamba yang ahli fikih mencuri dana umat, Mahkamah Agung yang seharusnya adil dan bijak malah memeras, terima sogok. Hamba khawatir justru kami yang tergoda oleh manusia. Maka kami minta pensiun dini saja'.'' Astaghfirullah al-'adzim.ëbegitu parahnya — diakui ataupun tidak — negeri yang punya julukan ‘gemah ripah loh jinawi’ ini. di segala segi kok ya ada yang tidak beres. demikian kesalnya hati melihat semua ketidakberesan yang terjadi sehingga memunculkan pesan layan singkat seperti kutipan di atas. sarkasme yang barangakali ada benarnya.
Ahmad Syafii Maarif membahas tuntas sms pensiunnya sang iblis di salah satu koran ibukota terbitan duapuluh lima oktober 2005. dan, di akhir tulisannya, harapan syafii maarif juga menjadi asa kita semua: “Siapa tahu akan ada hikmah Ramadhan tahun 1426 ini. Semoga”
baca nama steven covey mestinya sih ingat sama 7th habit. ini hanya bagian kecil dari covey. kayaknya menarik buat disimak. belajar bagaimana menikmati hidup. ehm, ehm... oh, ya, tentu saja hak cipta pemikiran ini ada pada steven covey, saya hanya mengutipnya. selamat menikmati...
Pada saat memberikan kuliah tentang Manajemen Stress, Steven Covey mengangkat segelas air dan bertanya kepada para siswanya:
"Seberapa berat menurut anda kira segelas air ini?" Para siswa menjawab mulai dari 200 gr sampai 500 gr.
"Ini bukanlah masalah berat absolutnya, tapi tergantung berapa lama anda memegangnya," kata Covey.
"Jika saya memegangnya selama 1 menit, tidak ada masalah. Jika saya memegangnya selama 1 jam, lengan kanan saya akan sakit. Dan jika saya memegangnya selama 1 hari penuh, mungkin anda harus memanggilkan ambulans untuk saya. Beratnya sebenarnya sama, tapi semakin lama saya memegangnya, maka bebannya akan semakin berat."
"Jika kita membawa beban kita terus menerus, lambat laun kita tidak akan mampu membawanya lagi. Beban itu akan meningkat beratnya," lanjut Covey.
"Apa yang harus kita lakukan adalah meletakkan gelas tersebut, istirahat sejenak sebelum mengangkatnya lagi."
Kita harus meninggalkan beban kita secara periodik, agar kita dapat lebih segar dan mampu membawanya lagi. Jadi sebelum pulang ke rumah dari pekerjaan sore ini, tinggalkan beban pekerjaan. Jangan bawa pulang. Beban itu dapat diambil lagi besok. Apapun beban yang ada di pundak anda hari ini, coba tinggalkan sejenak jika bisa. Setelah beristirahat nanti dapat diambil lagi...
Hidup ini singkat, jadi cobalah menikmatinya dan memanfaatkannya. Hal terindah dan terbaik di dunia ini tak dapat dilihat, atau disentuh, tapi dapat dirasakan jauh di relung hati kita.
Pada saat memberikan kuliah tentang Manajemen Stress, Steven Covey mengangkat segelas air dan bertanya kepada para siswanya:
"Seberapa berat menurut anda kira segelas air ini?" Para siswa menjawab mulai dari 200 gr sampai 500 gr.
"Ini bukanlah masalah berat absolutnya, tapi tergantung berapa lama anda memegangnya," kata Covey.
"Jika saya memegangnya selama 1 menit, tidak ada masalah. Jika saya memegangnya selama 1 jam, lengan kanan saya akan sakit. Dan jika saya memegangnya selama 1 hari penuh, mungkin anda harus memanggilkan ambulans untuk saya. Beratnya sebenarnya sama, tapi semakin lama saya memegangnya, maka bebannya akan semakin berat."
"Jika kita membawa beban kita terus menerus, lambat laun kita tidak akan mampu membawanya lagi. Beban itu akan meningkat beratnya," lanjut Covey.
"Apa yang harus kita lakukan adalah meletakkan gelas tersebut, istirahat sejenak sebelum mengangkatnya lagi."
Kita harus meninggalkan beban kita secara periodik, agar kita dapat lebih segar dan mampu membawanya lagi. Jadi sebelum pulang ke rumah dari pekerjaan sore ini, tinggalkan beban pekerjaan. Jangan bawa pulang. Beban itu dapat diambil lagi besok. Apapun beban yang ada di pundak anda hari ini, coba tinggalkan sejenak jika bisa. Setelah beristirahat nanti dapat diambil lagi...
Hidup ini singkat, jadi cobalah menikmatinya dan memanfaatkannya. Hal terindah dan terbaik di dunia ini tak dapat dilihat, atau disentuh, tapi dapat dirasakan jauh di relung hati kita.
puasa itu lapar. semua sudah tahu. karena lapar mikir jadi susah. karena susah mikir jadinya bodoh. karena bodoh akhirnya jadi miskin. kebayang kan kalo mereka yang ‘puasa’ tahunan. (bukan bagi yang shaum ramadhan, tentunya :d). mereka ini terbiasa atau dibiasakan keadaan sehingga puasa terus menerus. ada yang makannya dua hari sekali (ya betul, dua hari sekali, bukan sehari dua kali). dengan kenaikan harga be-be-em, keadaannya bukan tidak mungkin lebih parah lagi.
ngomong-ngomong soal miskin, saya jadi ingat jaman kuliah dulu. waktu itu ada mata kuliah penelitian masyarakat. sebagai prakteknya saya (dan teman-teman) diharuskan membuat penelitian langsung ke masyarakat. penelitian di lakukan di daerah purwakarta berdekatan dengan waduk jatilluhur. tapi, aliran listrik belum sampai ke desa itu (entah sekarang ya).
penelitiannya sih tidak berhubungan langsung dengan masalah kemiskinan. ya, agak menyinggung-nyinggung sedikit lah. ada yang aneh tapi nyata dalam penelitian ini. dari daftar pertanyaan yang ada, salah satunya menanyakan: “berapa kali bapak/ibu/saudara makan dalam sehari?” rata-rata para responden menjawab: “sehari tiga kali.” padahal, mereka biasa makan sehari dua kali. ini memang kebiasaan di desa itu.
waktu mencari data di kelurahan dan saat makan siang tiba, kok, kami tidak dipanggil pulang untuk makan. ada teman yang penasaran menanyakan kepada ibu kepala desa. jawab si ibu: “kebiasaan kita mah makan sehari cuma dua kali den.” ternyata dulu adalah gengsi atau malu kalau dibilang miskin. akibatnya karena enggan diberi label miskin, setiap pulang mengisi kuesioner, kami selalu dioleh-olehi aneka makanan atau buah. lucu tapi nyata.
lain dulu lain sekarang. jaman kini, orang malah berbondong-bondong ingin dibilang miskin. semuanya ingin minta blt alias bantuan langsung tunai. tak ada lagi rasa malu. gak ada lagi ‘gengsi-gengsian’. yang penting dapat tiga lembar seratusribuan. tak peduli dicap miskin. meski badan segar bugar dan mengambil uangnya di kantor pos dengan menaiki sepeda motor.
perilaku serupa juga dilakukan (atau ditiru. atau siapa meniru siapa?) para anggota dewan yang bermarkas di senayan sana. tanpa perlu interupsi dan gontok-gontokan, mereka semua setuju untuk menerima tambahan tunjangan jabatan. salah satu koran ibukota menyebutnya sebagai thr. sementara suratkabar lain memberikan predikat sandiwara keji.
jaman berubah ya?
wallahualam bishawab.
ngomong-ngomong soal miskin, saya jadi ingat jaman kuliah dulu. waktu itu ada mata kuliah penelitian masyarakat. sebagai prakteknya saya (dan teman-teman) diharuskan membuat penelitian langsung ke masyarakat. penelitian di lakukan di daerah purwakarta berdekatan dengan waduk jatilluhur. tapi, aliran listrik belum sampai ke desa itu (entah sekarang ya).
penelitiannya sih tidak berhubungan langsung dengan masalah kemiskinan. ya, agak menyinggung-nyinggung sedikit lah. ada yang aneh tapi nyata dalam penelitian ini. dari daftar pertanyaan yang ada, salah satunya menanyakan: “berapa kali bapak/ibu/saudara makan dalam sehari?” rata-rata para responden menjawab: “sehari tiga kali.” padahal, mereka biasa makan sehari dua kali. ini memang kebiasaan di desa itu.
waktu mencari data di kelurahan dan saat makan siang tiba, kok, kami tidak dipanggil pulang untuk makan. ada teman yang penasaran menanyakan kepada ibu kepala desa. jawab si ibu: “kebiasaan kita mah makan sehari cuma dua kali den.” ternyata dulu adalah gengsi atau malu kalau dibilang miskin. akibatnya karena enggan diberi label miskin, setiap pulang mengisi kuesioner, kami selalu dioleh-olehi aneka makanan atau buah. lucu tapi nyata.
lain dulu lain sekarang. jaman kini, orang malah berbondong-bondong ingin dibilang miskin. semuanya ingin minta blt alias bantuan langsung tunai. tak ada lagi rasa malu. gak ada lagi ‘gengsi-gengsian’. yang penting dapat tiga lembar seratusribuan. tak peduli dicap miskin. meski badan segar bugar dan mengambil uangnya di kantor pos dengan menaiki sepeda motor.
perilaku serupa juga dilakukan (atau ditiru. atau siapa meniru siapa?) para anggota dewan yang bermarkas di senayan sana. tanpa perlu interupsi dan gontok-gontokan, mereka semua setuju untuk menerima tambahan tunjangan jabatan. salah satu koran ibukota menyebutnya sebagai thr. sementara suratkabar lain memberikan predikat sandiwara keji.
jaman berubah ya?
wallahualam bishawab.
Ramadhan merupakan proses
dimana seorang muslim
berusaha menjadi kupu-kupu
yang indah dipandang dan
memberikan banyak manfaat.
Semoga kita dapat menjadi kupu-kupu
yang dapat memberi banyak manfaat.”
ramadhan belum lagi usai. maukah kita bermetamorfosa? maukah kita menjadi kupu-kupu yang bukan hanya sekadar indah untuk dipandang. namun juga memberikan sesuatu yang berguna dan dapat dinikmati oleh orang lain.
masih ada waktu yang tersisa bagi kita untuk bermetamorfosa. maukah kita menggunakan kesempatan yang ada?
terima kasih buat seorang teman blogger yang telah mengirimkan 'kupu-kupu'-nya.
”aku mau kolak pisang dong buat berbuka nanti,” kata yang satu.
“aku es buah saja,” kata yang lain lagi.
“jangan lupa ya, aku mau teh manis hangat,” kata yang satu lagi.
apakah menu untuk berbuka puasa hari ini? apa pun boleh sepanjang ia makanan dan minuman yang halal dan baik. dan, tentu saja tergantung kebiasaan masing-masing. ada yang biasa berbuka dengan meminum minuman yang dicampur dengan es. ada yang lebih senang dengan yang menghangatkan perut. soal selera ‘kan tidak punya peraturan yang baku. :d.
ngomong(in) soal berbuka pasti menyenangkan ya. jadi terbayang nikmatnya hidangan yang akan disantap. batal gak ya? begitu pentingnya urusan berbuka ini, sampai-sampai perlu ada anggaran khusus. "karena suasananya atau bulannya istimewa, hidangannya harus istimewa juga dong,” ini salah satu pembenarannya. sudah menjadi rahasia umum, kalau ada acara buk-ber alias buka bersama, hidangannya pasti melimpah ruah. makna puasa akhirnya terlewatkan. kalah oleh urusan perut. menahan lapar dan haus sehari pupus oleh aneka hidangan.
salahkah itu? tidak bolehkah yang demikian? tentu boleh dan sah. hanya saja, pertanyaanya kini adalah: rugi gak sih berpuasa tapi hanya merasakan lapar dan haus? (padahal kalau mau merasakan yang dua ini ‘kan tidak perlu di bulan ramadhan ya). mengapa hampir seharian kita mampu menahan diri (dari segala yang tidak diperbolehkan) namun ketika waktu berbuka tiba kita malah seperti kehilangan kendali.
bukankan nabi kita ketika berbuka hanya memakan tiga butir kurma dan segelas air putih? (ada yang mengelak: “saya kan bukan nabi.”)
wallahualam bishawab.
“aku es buah saja,” kata yang lain lagi.
“jangan lupa ya, aku mau teh manis hangat,” kata yang satu lagi.
apakah menu untuk berbuka puasa hari ini? apa pun boleh sepanjang ia makanan dan minuman yang halal dan baik. dan, tentu saja tergantung kebiasaan masing-masing. ada yang biasa berbuka dengan meminum minuman yang dicampur dengan es. ada yang lebih senang dengan yang menghangatkan perut. soal selera ‘kan tidak punya peraturan yang baku. :d.
ngomong(in) soal berbuka pasti menyenangkan ya. jadi terbayang nikmatnya hidangan yang akan disantap. batal gak ya? begitu pentingnya urusan berbuka ini, sampai-sampai perlu ada anggaran khusus. "karena suasananya atau bulannya istimewa, hidangannya harus istimewa juga dong,” ini salah satu pembenarannya. sudah menjadi rahasia umum, kalau ada acara buk-ber alias buka bersama, hidangannya pasti melimpah ruah. makna puasa akhirnya terlewatkan. kalah oleh urusan perut. menahan lapar dan haus sehari pupus oleh aneka hidangan.
salahkah itu? tidak bolehkah yang demikian? tentu boleh dan sah. hanya saja, pertanyaanya kini adalah: rugi gak sih berpuasa tapi hanya merasakan lapar dan haus? (padahal kalau mau merasakan yang dua ini ‘kan tidak perlu di bulan ramadhan ya). mengapa hampir seharian kita mampu menahan diri (dari segala yang tidak diperbolehkan) namun ketika waktu berbuka tiba kita malah seperti kehilangan kendali.
bukankan nabi kita ketika berbuka hanya memakan tiga butir kurma dan segelas air putih? (ada yang mengelak: “saya kan bukan nabi.”)
wallahualam bishawab.
”pasti gak khusyuk, kelihatannya senyum-senyum gitu. dengerin kita ngobrol ya?” canda teman ketika saya keluar dari mushola di kantor. tempat sholat kecil itu letaknya berseberangan dengan bagian yang biasa mengatur urusan perselingkuhan umum (terjemahan amat sangat bebas dari general affair. :d). para karyawan yang mau ‘curhat’ atau urusan fulus pasti ke sini. jadinya tempat ini meriah selalu.
apa sih yang dimaksudkan dengan khusyuk? menurut kamus besar bahasa Indonesia, khusyuk artinya adalah sungguh-sungguh; penuh penyerahan dan kebulatan hati; penuh kerendahan hati.
nah, bisakah kita melakukan kontak langsung alias hotline dengan sang khalik dengan bersungguh-sungguh, menyerahkan diri dengan penuh kerendahan hati dalam suasana yang riuh rendah? “wah ya gak mungkin dong,” jawab rekan lain. “kalo mau khusyuk harus di mesjid dong,” tambah yang lain. “iya betul itu,” sembur ‘kompor’ lain.
betulkah demikian? nanti dulu kawan. berjemaah di mesjid, nilai pahalanya memang besar, tapi coba anda bayangkan seperti ini: jemaah sebelah anda kiri atau kanan, syukur bila tidak dua-duanya, bacaannya terdengar cukup keras di gendang telinga. khusyuk kah bila mengalami yang satu ini?
lalu bagaimana dong? ada cerita menarik mengenai orang yang kehilangan kunci mobil. ada yang memberikan saran kepadanya untuk melakukan sholat sunnah dua rakaat. lho, apa hubungannya? tapi tak urung, saran itu dijalaninya juga. selesai mengucapkan salam kanan dan kiri, ingatlah ia dimana menaruh kunci mobilnya. kok bisa ya? kenapa tidak? karena selama sholat itu – diantara gerakan dan bacaan sholatnya – ia mengingat-ingat dimana tadi ia menaruh kunci mobil.
jadi, khusyuk adakah ia bergantung kepada tempat? atau ia ada dalam diri?
apa sih yang dimaksudkan dengan khusyuk? menurut kamus besar bahasa Indonesia, khusyuk artinya adalah sungguh-sungguh; penuh penyerahan dan kebulatan hati; penuh kerendahan hati.
nah, bisakah kita melakukan kontak langsung alias hotline dengan sang khalik dengan bersungguh-sungguh, menyerahkan diri dengan penuh kerendahan hati dalam suasana yang riuh rendah? “wah ya gak mungkin dong,” jawab rekan lain. “kalo mau khusyuk harus di mesjid dong,” tambah yang lain. “iya betul itu,” sembur ‘kompor’ lain.
betulkah demikian? nanti dulu kawan. berjemaah di mesjid, nilai pahalanya memang besar, tapi coba anda bayangkan seperti ini: jemaah sebelah anda kiri atau kanan, syukur bila tidak dua-duanya, bacaannya terdengar cukup keras di gendang telinga. khusyuk kah bila mengalami yang satu ini?
lalu bagaimana dong? ada cerita menarik mengenai orang yang kehilangan kunci mobil. ada yang memberikan saran kepadanya untuk melakukan sholat sunnah dua rakaat. lho, apa hubungannya? tapi tak urung, saran itu dijalaninya juga. selesai mengucapkan salam kanan dan kiri, ingatlah ia dimana menaruh kunci mobilnya. kok bisa ya? kenapa tidak? karena selama sholat itu – diantara gerakan dan bacaan sholatnya – ia mengingat-ingat dimana tadi ia menaruh kunci mobil.
jadi, khusyuk adakah ia bergantung kepada tempat? atau ia ada dalam diri?
suatu siang di kantor saya. obrolan rekan-rekan yang menunggu waktu berbuka. (padahal masih siang lho. dari pagi juga nunggu beduk magrib kan. :d)
“nggak kerasa ya, udah hari ke-14,” celetuk teman kantor.
“tinggal limabelas hari lagi dong,” kata yang satu lagi.
“uh, tinggal, masih limabelas hari lagi, ini lebih pas,” sambar teman lain agak kesal.
“sabar dong,” ujar teman satu lagi menenangkan dengan gaya uztad.
tadi siang ba’da dhuhur, saya dan teman-teman lain yang sedang menunaikan ibadah puasa mendapatkan siraman rohani. uztadnya bukan pesohor macam da’i yang sering muncul di televisi. ini uztad kampung karena memang tinggalnya di kampung. mestinya kegiatan ‘dadakan’ ini sudah dimulai minggu lalu, namun karena sesuatu dan lain hal terpaksa ditunda. tapi, alhamdulillah, bolehlah ini disebut berkahnya ramadhan.
‘siraman’ berjalan santai saja. pak uztad membahas soal bulan puasa. bagaimana kita menghadapinya. dan lain sebagainya. ada satu yang menarik perhatian saya. kata beliau: “puasa itu berat.” saya lihat teman-teman hanya senyum-senyum. entah apa maknanya.
puasa itu menahan lapar dan haus. karenanya bagi saya puasa itu lapar dan haus. benar kan seperti ini adanya? kalau ada yang bilang, ah masak sih lapar kan udah adaptasi fisiknya. dari segi fisik boleh jadi kita sudah beradaptasi. tapi mental. sudahkah ia ikut berpuasa?
sudahkah sabar menyatu dengan jiwa kita? sabar adalah taat dengan aturan puasa. (kalau tidak taat ngapain juga malem-malem dingin-dingin makan sahur ?) bukan cuma mulut yang tidak kemasukan makanan. terus, sudah ikhlaskah kita menjalaninya? dan, masih banyak lagi yang lainnya.
berat? bukankah kita tidak pernah mendapatkan sesuatu dari allah swt yang melebihi kemampuan kita? bukankah…
“nggak kerasa ya, udah hari ke-14,” celetuk teman kantor.
“tinggal limabelas hari lagi dong,” kata yang satu lagi.
“uh, tinggal, masih limabelas hari lagi, ini lebih pas,” sambar teman lain agak kesal.
“sabar dong,” ujar teman satu lagi menenangkan dengan gaya uztad.
tadi siang ba’da dhuhur, saya dan teman-teman lain yang sedang menunaikan ibadah puasa mendapatkan siraman rohani. uztadnya bukan pesohor macam da’i yang sering muncul di televisi. ini uztad kampung karena memang tinggalnya di kampung. mestinya kegiatan ‘dadakan’ ini sudah dimulai minggu lalu, namun karena sesuatu dan lain hal terpaksa ditunda. tapi, alhamdulillah, bolehlah ini disebut berkahnya ramadhan.
‘siraman’ berjalan santai saja. pak uztad membahas soal bulan puasa. bagaimana kita menghadapinya. dan lain sebagainya. ada satu yang menarik perhatian saya. kata beliau: “puasa itu berat.” saya lihat teman-teman hanya senyum-senyum. entah apa maknanya.
puasa itu menahan lapar dan haus. karenanya bagi saya puasa itu lapar dan haus. benar kan seperti ini adanya? kalau ada yang bilang, ah masak sih lapar kan udah adaptasi fisiknya. dari segi fisik boleh jadi kita sudah beradaptasi. tapi mental. sudahkah ia ikut berpuasa?
sudahkah sabar menyatu dengan jiwa kita? sabar adalah taat dengan aturan puasa. (kalau tidak taat ngapain juga malem-malem dingin-dingin makan sahur ?) bukan cuma mulut yang tidak kemasukan makanan. terus, sudah ikhlaskah kita menjalaninya? dan, masih banyak lagi yang lainnya.
berat? bukankah kita tidak pernah mendapatkan sesuatu dari allah swt yang melebihi kemampuan kita? bukankah…
suatu pagi di mobil jemputan nanda:
“jangan bohong deh, kan bulan puasa ni,” kata seorang teman nanda.
“puasa-puasa kok ngeledekin orang sih,” ujar temannya yang lain.
“kamu nggak puasa ya, gangguin terus nih,” temannya satu lagi berucap.
dan, banyak ungkapan lain. semuanya ‘memanfaatkan’ bulan ramadhan. bulan yang hanya datang sekali dalam setahun.
bulan ramadhan adalah bulan yang suci. saya yakin semua sudah mengetahui ini. maka, kemudian, kita harus menjaga erat-erat kesuciannya. lalu, larangan demi larangan diumumkan. jangan begini. tidak boleh begitu. dan, lain sebagainya.
bukan hanya anak-anak sebaya nanda saja yang saling mengingatkan untuk tidak berbuat tidak baik di bulan puasa. kita, orang-orang dewasa pun melakukan hal yang sama. atau ada yang tidak mengikuti anjuran menghindarkan yang buruk-buruk di bulan ini?
sebelum puasa, teman-teman se-kantor, antara serius dan tidak, mengingatkan: “ayo abisin sekarang gosipnya, besok udah mau puasa.” semuanya bermuara pada ‘jangan ini’ dan ‘jangan itu’. seakan selepas ramadhan, kita boleh lagi bergosip dan lain sebagainya yang masih sekerabat dengan itu. apa iya demikian?
hari ini, hari ke-tigabelas kita menjalani ibadah shaum ramadhan. kita memasuki putaran sepuluh hari ke-dua. rasanya baru kemarin kita memulai makan sahur. akankah kita terus menjaga kesucian ramadhan dan meneruskannya hingga di bulan-bulan lain?
wallahualam bishawab.
“jangan bohong deh, kan bulan puasa ni,” kata seorang teman nanda.
“puasa-puasa kok ngeledekin orang sih,” ujar temannya yang lain.
“kamu nggak puasa ya, gangguin terus nih,” temannya satu lagi berucap.
dan, banyak ungkapan lain. semuanya ‘memanfaatkan’ bulan ramadhan. bulan yang hanya datang sekali dalam setahun.
bulan ramadhan adalah bulan yang suci. saya yakin semua sudah mengetahui ini. maka, kemudian, kita harus menjaga erat-erat kesuciannya. lalu, larangan demi larangan diumumkan. jangan begini. tidak boleh begitu. dan, lain sebagainya.
bukan hanya anak-anak sebaya nanda saja yang saling mengingatkan untuk tidak berbuat tidak baik di bulan puasa. kita, orang-orang dewasa pun melakukan hal yang sama. atau ada yang tidak mengikuti anjuran menghindarkan yang buruk-buruk di bulan ini?
sebelum puasa, teman-teman se-kantor, antara serius dan tidak, mengingatkan: “ayo abisin sekarang gosipnya, besok udah mau puasa.” semuanya bermuara pada ‘jangan ini’ dan ‘jangan itu’. seakan selepas ramadhan, kita boleh lagi bergosip dan lain sebagainya yang masih sekerabat dengan itu. apa iya demikian?
hari ini, hari ke-tigabelas kita menjalani ibadah shaum ramadhan. kita memasuki putaran sepuluh hari ke-dua. rasanya baru kemarin kita memulai makan sahur. akankah kita terus menjaga kesucian ramadhan dan meneruskannya hingga di bulan-bulan lain?
wallahualam bishawab.
mereka biasa muncul di hari jumat. ya, setiap menjelang jumatan, malah lebih pagi lagi mereka sudah siap. (saat biasanya saya melihat mereka sekitar pukul delapanan). mereka adalah dua orang bocah laki-laki – barangkali kakak-beradik – berusia belasan. dua laki-laki kecil itu ditemani seorang bocah perempuan yang bersender di penghalang jembatan. dan, ia seolah-olah menjadi pengawas.
kedua anak laki-laki itu duduk didudukkan di kursi roda. satu di sebelah kiri dan satu lagi di sebelah kanan. di pintu masuk, lebih tepatnya, persis di pinggir jalan yang menuju gerbang sebuah mesjid. rela atau tidak rela menerima siraman panas matahari. di lehernya digantungkan sebuah sapu tangan yang berfungsi sebagai penadah air liurnya yang kadang menetes.
anak-anak lelaki ini cacat kakinya dan kelihatannya cacat mental pula. ia tidak melakukan apa-apa. hanya duduk sambil menengadahkan topi di tangannya. sesekali ada yang melewati mereka dan memasukkan uang ke topi mereka.
itulah yang mereka lakukan setiap hari jumat. profesinya (maaf) peminta-minta.
barangkali, mereka datang dari keluarga miskin. tapi kini dengan kenaikan harga bbm yang berdampak ke segala bidang, ibaratnya dulu rumah sangat sederhana sekarang menjadi rumah sangat sangat sangat sederhana. apakah mereka mendapatkan ‘kartu miskin’ juga? entalah. atau anak-anak ini (sekadar) objek? alias 'dikaryakan'?
setiap melewati mereka, hati rasanya selalu bergolak. gemas. marah. sedih.
kedua anak laki-laki itu duduk didudukkan di kursi roda. satu di sebelah kiri dan satu lagi di sebelah kanan. di pintu masuk, lebih tepatnya, persis di pinggir jalan yang menuju gerbang sebuah mesjid. rela atau tidak rela menerima siraman panas matahari. di lehernya digantungkan sebuah sapu tangan yang berfungsi sebagai penadah air liurnya yang kadang menetes.
anak-anak lelaki ini cacat kakinya dan kelihatannya cacat mental pula. ia tidak melakukan apa-apa. hanya duduk sambil menengadahkan topi di tangannya. sesekali ada yang melewati mereka dan memasukkan uang ke topi mereka.
itulah yang mereka lakukan setiap hari jumat. profesinya (maaf) peminta-minta.
barangkali, mereka datang dari keluarga miskin. tapi kini dengan kenaikan harga bbm yang berdampak ke segala bidang, ibaratnya dulu rumah sangat sederhana sekarang menjadi rumah sangat sangat sangat sederhana. apakah mereka mendapatkan ‘kartu miskin’ juga? entalah. atau anak-anak ini (sekadar) objek? alias 'dikaryakan'?
setiap melewati mereka, hati rasanya selalu bergolak. gemas. marah. sedih.
Suatu hari keledai milik seorang petani jatuh ke dalam sumur. Hewan itu menangis dengan memilukan selama berjam-jam sementara si petani memikirkan apa yang harus dilakukannya.
Akhirnya, Ia memutuskan bahwa hewan itu sudah tua dan sumur juga perlu ditimbun; jadi tidak berguna untuk menolong si keledai. Dan, ia mengajak tetangga-tetangganya untuk datang membantunya. Mereka membawa sekop dan mulai menyekop tanah ke dalam sumur.
Pada mulanya, ketika si keledai menyadari apa yang sedang terjadi, ia menangis penuh kengerian. Tetapi kemudian, semua orang takjub, karena si keledai menjadi diam. Setelah beberapa sekop tanah lagi dituangkan ke dalam sumur, si petani melihat ke dalam sumur dan tercengang karena apa yang dilihatnya.
Walaupun punggungnya terus ditimpa oleh bersekop-sekop tanah dan kotoran, si keledai melakukan sesuatu yang menakjubkan. Ia mengguncang-guncangkan badannya agar tanah yang menimpa punggungnya turun ke bawah, lalu menaiki tanah itu.
Sementara tetangga-tetangga si petani terus menuangkan tanah kotor ke atas punggung hewan itu, si keledai terus juga menguncangkan badannya dan melangkah naik. Segera saja, semua orang terpesona ketika si keledai meloncati tepi sumur dan melarikan diri!
Kehidupan terus saja menuangkan tanah dan kotoran kepadamu, segala macam tanah dan kotoran. Cara untuk keluar dari 'sumur' (kesedihan, masalah, dan sebagainya) adalah dengan menguncangkan segala tanah dan kotoran dari diri kita (pikiran, dan hati kita) dan melangkah naik dari 'sumur' dengan menggunakan hal-hal tersebut sebagai pijakan.
Setiap masalah-masalah kita merupakan satu batu pijakan untuk melangkah. Kita dapat keluar dari 'sumur' yang terdalam dengan terus berjuang, jangan pernah menyerah!
barangkali ada yang sudah pernah membaca tulisan ini.
mungkin juga ada yang belum pernah membacanya.
teorinya memang sederhana sekali ya, tapi prakteknya?
terima kasih buat seorang teman yang mengirimkan tulisan ini.
Akhirnya, Ia memutuskan bahwa hewan itu sudah tua dan sumur juga perlu ditimbun; jadi tidak berguna untuk menolong si keledai. Dan, ia mengajak tetangga-tetangganya untuk datang membantunya. Mereka membawa sekop dan mulai menyekop tanah ke dalam sumur.
Pada mulanya, ketika si keledai menyadari apa yang sedang terjadi, ia menangis penuh kengerian. Tetapi kemudian, semua orang takjub, karena si keledai menjadi diam. Setelah beberapa sekop tanah lagi dituangkan ke dalam sumur, si petani melihat ke dalam sumur dan tercengang karena apa yang dilihatnya.
Walaupun punggungnya terus ditimpa oleh bersekop-sekop tanah dan kotoran, si keledai melakukan sesuatu yang menakjubkan. Ia mengguncang-guncangkan badannya agar tanah yang menimpa punggungnya turun ke bawah, lalu menaiki tanah itu.
Sementara tetangga-tetangga si petani terus menuangkan tanah kotor ke atas punggung hewan itu, si keledai terus juga menguncangkan badannya dan melangkah naik. Segera saja, semua orang terpesona ketika si keledai meloncati tepi sumur dan melarikan diri!
Kehidupan terus saja menuangkan tanah dan kotoran kepadamu, segala macam tanah dan kotoran. Cara untuk keluar dari 'sumur' (kesedihan, masalah, dan sebagainya) adalah dengan menguncangkan segala tanah dan kotoran dari diri kita (pikiran, dan hati kita) dan melangkah naik dari 'sumur' dengan menggunakan hal-hal tersebut sebagai pijakan.
Setiap masalah-masalah kita merupakan satu batu pijakan untuk melangkah. Kita dapat keluar dari 'sumur' yang terdalam dengan terus berjuang, jangan pernah menyerah!
barangkali ada yang sudah pernah membaca tulisan ini.
mungkin juga ada yang belum pernah membacanya.
teorinya memang sederhana sekali ya, tapi prakteknya?
terima kasih buat seorang teman yang mengirimkan tulisan ini.
ah asyik nih lancar. dalam hati: tumben gak macet. tapi simpanlah dulu sukacita itu. jangan berharap (banyak) jalur depok-pasar minggu kehilangan ‘meriah’nya macet. ya, sudahlah. memang sudah nasib kalau kata loper koran.
menjelang terminal pasar minggu kemacetan semakin menjadi. disini saya harus berganti angkutan. alhamdulillah, saya beruntung mendapatkan tempat duduk dan di bagian yang tidak kena sinar matahari secara langsung. pengemudi metro mini yang saya tumpangi rupanya penggemar berat musik. lumayanlah membayar duaribu rupiah mendapatkan bonus lagu. :d
lepas terminal pasar minggu, kemacetan belumlah usai. ya, sudah nikmati saja, seperti hari-hari yang kemarin. namun, panas sinar matahari yang menyengat membuat badan berpeluh dan menimbulkan rasa tidak enak. sementara lagu dari radio yang acap menyapa pendengarnya dengan sebutan kawula muda terus mengalun.
terbayang kan suasananya. pengeras suara yang dipasang lumayan besar kalau tidak ingin dikatakan gede. di depan dekat pak supir ada. di belakang dekat dengan penumpang juga ada. jadi, saudara-saudari sekalian, sambil menikmati macet dihibur dengan lagu-lagu hip-hop plus rap. ada juga sih iklannya. pengin turun saja rasanya. dan, marah.
marah? rugi sendiri deh kalau marah. hilang pahala puasa? hehehe… urusan pahala tidak usah dipikirkan itu sudah menjadi hak prerogratif allah swt. selain itu marah hanya mengundang naiknya adrenalin dan memacu jantung. rugi kan. mengapa tidak mengikuti bapak yang duduk di sebelah. sambil memegang tasbih si bapak terus berdzikir.
ya. mengapa tidak membasahi bibir dengan lantunan pujian kepada allah? terlebih lagi di bulan yang hanya datang sekali dalam satu tahun ini.
menjelang terminal pasar minggu kemacetan semakin menjadi. disini saya harus berganti angkutan. alhamdulillah, saya beruntung mendapatkan tempat duduk dan di bagian yang tidak kena sinar matahari secara langsung. pengemudi metro mini yang saya tumpangi rupanya penggemar berat musik. lumayanlah membayar duaribu rupiah mendapatkan bonus lagu. :d
lepas terminal pasar minggu, kemacetan belumlah usai. ya, sudah nikmati saja, seperti hari-hari yang kemarin. namun, panas sinar matahari yang menyengat membuat badan berpeluh dan menimbulkan rasa tidak enak. sementara lagu dari radio yang acap menyapa pendengarnya dengan sebutan kawula muda terus mengalun.
terbayang kan suasananya. pengeras suara yang dipasang lumayan besar kalau tidak ingin dikatakan gede. di depan dekat pak supir ada. di belakang dekat dengan penumpang juga ada. jadi, saudara-saudari sekalian, sambil menikmati macet dihibur dengan lagu-lagu hip-hop plus rap. ada juga sih iklannya. pengin turun saja rasanya. dan, marah.
marah? rugi sendiri deh kalau marah. hilang pahala puasa? hehehe… urusan pahala tidak usah dipikirkan itu sudah menjadi hak prerogratif allah swt. selain itu marah hanya mengundang naiknya adrenalin dan memacu jantung. rugi kan. mengapa tidak mengikuti bapak yang duduk di sebelah. sambil memegang tasbih si bapak terus berdzikir.
ya. mengapa tidak membasahi bibir dengan lantunan pujian kepada allah? terlebih lagi di bulan yang hanya datang sekali dalam satu tahun ini.
sang mentari tak begitu terik. berjalan ke mesjid nyaman juga rasanya. sesekali angin berdesir. sendiri kaki melangkah. memenuhi panggilan-Nya. tak ada bias sinar yang masuk karena matahari agak redup.
hanya sebaris. yah, hanya sebaris jamaah yang sholat ashar. tapi banyaknya lebih dari jumlah jari tangan. namun masih kurang bila banyaknya jari kaki pun ditambahkan. padahal shaum di bulan ramadhan baru memasuki hari ke-tujuh. “gak ada hubungannya lagi antara sholat ashar sama bulan puasa,“ kata teman saya satu kantor. “iya sih, tapi kalo sholat tarawih kok makin hari makin sedikit jamaahnya,“ sambung saya. “jangan samakan dengan tarawih dong,“ sergahnya. (puasa kok ngotot nanti batal loh, kata teman lain sembari meledek). memang tak sama. tapi, biasanya sholat-sholat wajib di bulan ramadhan di masjid, jamaahnya selalu banyak.
sudahlah sebaiknya tidak kita perdebatkan masalah itu.
keluar dari mesjid. di depan masjid. seorang bapak setengah teriak mencari sopir taksi. “ini taksi kuning siapa punya,“ katanya. sebuah mobil taksi berwarna kuning emas memang parkir di depan pintu garasi si bapak. kemana gerangan pengemudinya? masih di dalam mesjid sedang berdoa (barangkali). si bapak pemilik rumah berkali-kali memencet tuter. sang pengemudi belum keluar juga.
si bapak kelihatan agak marah. ia memarkir mobilnya dan turun, ia melihat-lihat ke dalam mesjid. masih belum kelihatan juga ujung batang hidung sang pengemudi. akhirnya yang dinanti-nanti (:d) muncul juga. si bapak yang belum hilang marahnya berkata begini: “parkir di depan sana dong kan bisa. gak usah nutupin garasi.“ pengemudi taksi tanpa komentar macam-macam segera memasuki mobilnya dan jalan.
puasa-puasa kok marah sih? nanti batal loh. barangkali si bapak lagi halangan. (saat jumatan saya sering melihatnya. malah dulu garasinya sering dipakai untuk menampung jemaah yang membludak).
menggapai sabar memang tidak mudah ya.
hanya sebaris. yah, hanya sebaris jamaah yang sholat ashar. tapi banyaknya lebih dari jumlah jari tangan. namun masih kurang bila banyaknya jari kaki pun ditambahkan. padahal shaum di bulan ramadhan baru memasuki hari ke-tujuh. “gak ada hubungannya lagi antara sholat ashar sama bulan puasa,“ kata teman saya satu kantor. “iya sih, tapi kalo sholat tarawih kok makin hari makin sedikit jamaahnya,“ sambung saya. “jangan samakan dengan tarawih dong,“ sergahnya. (puasa kok ngotot nanti batal loh, kata teman lain sembari meledek). memang tak sama. tapi, biasanya sholat-sholat wajib di bulan ramadhan di masjid, jamaahnya selalu banyak.
sudahlah sebaiknya tidak kita perdebatkan masalah itu.
keluar dari mesjid. di depan masjid. seorang bapak setengah teriak mencari sopir taksi. “ini taksi kuning siapa punya,“ katanya. sebuah mobil taksi berwarna kuning emas memang parkir di depan pintu garasi si bapak. kemana gerangan pengemudinya? masih di dalam mesjid sedang berdoa (barangkali). si bapak pemilik rumah berkali-kali memencet tuter. sang pengemudi belum keluar juga.
si bapak kelihatan agak marah. ia memarkir mobilnya dan turun, ia melihat-lihat ke dalam mesjid. masih belum kelihatan juga ujung batang hidung sang pengemudi. akhirnya yang dinanti-nanti (:d) muncul juga. si bapak yang belum hilang marahnya berkata begini: “parkir di depan sana dong kan bisa. gak usah nutupin garasi.“ pengemudi taksi tanpa komentar macam-macam segera memasuki mobilnya dan jalan.
puasa-puasa kok marah sih? nanti batal loh. barangkali si bapak lagi halangan. (saat jumatan saya sering melihatnya. malah dulu garasinya sering dipakai untuk menampung jemaah yang membludak).
menggapai sabar memang tidak mudah ya.
ini bukan kode togel atau toto gelap, yang katanya, dilarang tapi kok tetap ada saja yang ‘ngecak’ kode. ini bukan juga pola permainan sepak bola. Ini adalah ‘pola’ sholat tarawih.
hari minggu sehabis berbuka, nanda mengajak saya tarawih: “yah, nanti malam kita tarawih lagi ya.” saya mengiyakan dengan bertanya: “selesai sholat isya kan?” sebuah tanya yang sebenarnya tidak perlu ditanyakan. :d
jarum jam yang panjang sudah menunjuk ke angka enam dan yang pendek ke tujuh. saya mengingatkan dan mengajak nanda untuk sholat isya dan tarawih. “sebentar lagi yah, masih kenyang nih,” jawabnya. saya tidak mengulangi dua kali ajakan itu. namun, ketika sang waktu semakin beranjak tua, saya segera mengambil air wudhu. dan, mengajak nanda sholat.
usai mengucapkan salam di sholat isya, saya menanyakan kepada nanda: “langsung?” “iya dong,” katanya. saya pun segera meneruskan dengan sholat tarawih. “sebelas rakaat ya yah,” imbuh nanda. ketika sholat isya, beberapa kali dengan sudut mata saya melihat nanda menguap. waktu tarawih, ia kembali menguap. ingin rasanya saya menghentikan tarawih, tak tega melihatnya kelihatan lelah. lepas empat rakaat pertama lalu salam, saya menengok ke arahnya ia malah tersenyum.
masuk empat rakaat kedua, sesekali ia masih menguap. tapi melihat semangatnya yang tak putus, saya meneruskannya hingga selesai. “tinggal tiga rakaat lagi yah,” katanya. saya hanya tersenyum. lepas tiga rakaat terakhir, setelah membereskan sarungnya nanda langsung ‘grusuk’. (ini istilah nanda untuk langsung merasakan empunya kasur dan guling :d.)
saya teringat saat sholat tarawih di mesjid. adakalanya sang imam membacakan surat-surat panjang alih-alih surat pendek. bagi mereka yang masih muda usia, barangkali tidak menjadi masalah. tapi, jamaah sholat tarawih bukan hanya kaum muda, ada juga para orang tua dan anak-anak. belum lagi kalau rakaatnya sampai duapuluh tiga. apa iya bacaan sholat tarawih harus selalu panjang-panjang? apa iya kalau tidak panjang lantas sang imam dianggap tidak mampu?
atau saya yang belum mengerti sepenuhnya akan sholat tarawih?
hari minggu sehabis berbuka, nanda mengajak saya tarawih: “yah, nanti malam kita tarawih lagi ya.” saya mengiyakan dengan bertanya: “selesai sholat isya kan?” sebuah tanya yang sebenarnya tidak perlu ditanyakan. :d
jarum jam yang panjang sudah menunjuk ke angka enam dan yang pendek ke tujuh. saya mengingatkan dan mengajak nanda untuk sholat isya dan tarawih. “sebentar lagi yah, masih kenyang nih,” jawabnya. saya tidak mengulangi dua kali ajakan itu. namun, ketika sang waktu semakin beranjak tua, saya segera mengambil air wudhu. dan, mengajak nanda sholat.
usai mengucapkan salam di sholat isya, saya menanyakan kepada nanda: “langsung?” “iya dong,” katanya. saya pun segera meneruskan dengan sholat tarawih. “sebelas rakaat ya yah,” imbuh nanda. ketika sholat isya, beberapa kali dengan sudut mata saya melihat nanda menguap. waktu tarawih, ia kembali menguap. ingin rasanya saya menghentikan tarawih, tak tega melihatnya kelihatan lelah. lepas empat rakaat pertama lalu salam, saya menengok ke arahnya ia malah tersenyum.
masuk empat rakaat kedua, sesekali ia masih menguap. tapi melihat semangatnya yang tak putus, saya meneruskannya hingga selesai. “tinggal tiga rakaat lagi yah,” katanya. saya hanya tersenyum. lepas tiga rakaat terakhir, setelah membereskan sarungnya nanda langsung ‘grusuk’. (ini istilah nanda untuk langsung merasakan empunya kasur dan guling :d.)
saya teringat saat sholat tarawih di mesjid. adakalanya sang imam membacakan surat-surat panjang alih-alih surat pendek. bagi mereka yang masih muda usia, barangkali tidak menjadi masalah. tapi, jamaah sholat tarawih bukan hanya kaum muda, ada juga para orang tua dan anak-anak. belum lagi kalau rakaatnya sampai duapuluh tiga. apa iya bacaan sholat tarawih harus selalu panjang-panjang? apa iya kalau tidak panjang lantas sang imam dianggap tidak mampu?
atau saya yang belum mengerti sepenuhnya akan sholat tarawih?
terik mentari begitu terasa hari ini. bahkan saat jarum jam masih menunjuk di pukul tujuh, panasnya terasa menyengat pori-pori kulit. diimbuh dengan kemacetan yang lumayan parah, semakin lengkaplah puasa hari ini. namun, barangkali, ini adalah cobaan untuk menguji sampai dimana kesabaran diri dapat bertahan. cobaan?
sepertinya mudah sekali kita (lebih tepatnya saya pribadi :d) memberikan label kepada sebuah kesulitan sebagai cobaan. sedikit saja mendapatkan kesulitan, langsung dikatakan cobaan. ketika mendapatkan kesenangan, lupalah diri. padahal, baik kesenangan maupun kesulitan, dua-duanya adalah cobaan juga. tapi, pasti, orang lebih suka diberikan kesenangan daripada kesulitan.
mari lupakan sejenak soal cobaan... kita kembali ke keadaan nyata. waktu sholat jumat tiba, matahari semakin meninggi. panasnya semakin membakar. kipas yang berputar-putar mengeluarkan angin tak mampu mengusir rasa panas. malahan angin semilir dari luar yang mendinginkan ruangan.
jamaah terus mengalir memasuki ruang bawah dan atas. entah karena bulan ramadhan, mesjid penuh sesak. yang datang belakangan bolehlah mendengarkan khotbah sambil berdiri.
sebelum khotib naik mimbar, di jumatan yang pertama kali di bulan ramadhan ini, walikota jakarta selatan yang berkotbah. bicara seputar masalah wilayahnya. waktu dhuhur pun masuk, imam merangkap khotib menggantikan pak wali. tema khotbahnya yang berhubungan dengan bulan ramadhan. singkat saja. tapi tetap saja saya terkantuk-kantuk. alhamdulillah saya tidak duduk dekat tiang atau bersandar di dinding. kalau tidak tidur siang enak sekali. :d.
ada yang tidak biasa di sholat jumatan hari ini. biasanya selesai imam mengucapkan salam ke kanan dan ke kiri, jamaah seperti berebutan untuk keluar dari mesjid. namun, tadi siang, mereka duduk bersila dengan manis dan diam hingga doa-doa selesai dipanjatkan.
apakah harus menunggu saat ramadhan tiba untuk berlaku demikian?
atau hanya di bulan ramadhan harus berlaku demikian?
atau...
sepertinya mudah sekali kita (lebih tepatnya saya pribadi :d) memberikan label kepada sebuah kesulitan sebagai cobaan. sedikit saja mendapatkan kesulitan, langsung dikatakan cobaan. ketika mendapatkan kesenangan, lupalah diri. padahal, baik kesenangan maupun kesulitan, dua-duanya adalah cobaan juga. tapi, pasti, orang lebih suka diberikan kesenangan daripada kesulitan.
mari lupakan sejenak soal cobaan... kita kembali ke keadaan nyata. waktu sholat jumat tiba, matahari semakin meninggi. panasnya semakin membakar. kipas yang berputar-putar mengeluarkan angin tak mampu mengusir rasa panas. malahan angin semilir dari luar yang mendinginkan ruangan.
jamaah terus mengalir memasuki ruang bawah dan atas. entah karena bulan ramadhan, mesjid penuh sesak. yang datang belakangan bolehlah mendengarkan khotbah sambil berdiri.
sebelum khotib naik mimbar, di jumatan yang pertama kali di bulan ramadhan ini, walikota jakarta selatan yang berkotbah. bicara seputar masalah wilayahnya. waktu dhuhur pun masuk, imam merangkap khotib menggantikan pak wali. tema khotbahnya yang berhubungan dengan bulan ramadhan. singkat saja. tapi tetap saja saya terkantuk-kantuk. alhamdulillah saya tidak duduk dekat tiang atau bersandar di dinding. kalau tidak tidur siang enak sekali. :d.
ada yang tidak biasa di sholat jumatan hari ini. biasanya selesai imam mengucapkan salam ke kanan dan ke kiri, jamaah seperti berebutan untuk keluar dari mesjid. namun, tadi siang, mereka duduk bersila dengan manis dan diam hingga doa-doa selesai dipanjatkan.
apakah harus menunggu saat ramadhan tiba untuk berlaku demikian?
atau hanya di bulan ramadhan harus berlaku demikian?
atau...
lantunan muazin cukup untuk menyadarkan saya yang sedang terkantuk-kantuk. bergegas kaki melangkah. tidak perlu tergesa-gesa. bukan karena lemasnya badan. tapi, semata, jarak mesjid yang hanya selemparan batu. berwudhu. sholat sunnah dua rakaat. dua shaf jamaah berbaris rapih. allahu akbar menggema mengelus gendang telinga. separuh hari kedua ramadhan hampir usai.
kembali ke kantor. bayu menampar-nampar wajah. sisa-sisa air wudhu masih menyisakan kesegaran. irama kerja memang agak melamban di bulan ramadhan ini. jam kerja pun berkurang satu jam. (namun, tetap saja pulang ke rumah setelah magrib. karena pekerjaan yang harus dirampungkan.) sebagai bekal membatalkan puasa saat waktu berbuka di jalan, kami mendapatkan takjil berisikan kue-kue kecil serta air mineral. cukup untuk mengisi kekosongan perut.
kebiasaan bertakjil ini sudah bertahun berjalan. sehingga para karyawan tak perlu repot-repot mencari makanan/minuman pembuka. karena terbiasa, takjil ini sudah menjadi 'bagian'nya nanda. saat saya tiba di rumah, ia pasti menanyakan isi kotak kardus takjil yang saya bawa. demikian senangnya ia sampai-sampai air mineralnya pun harus ia yang meminumnya. lantunan doa selalu terucap saat kami mendapatkan takjil itu. alhamdulillah.
lamat-lamat dari masjid terdengar alunan suara orang mengaji. waktu berbuka semakin menghampiri...
kembali ke kantor. bayu menampar-nampar wajah. sisa-sisa air wudhu masih menyisakan kesegaran. irama kerja memang agak melamban di bulan ramadhan ini. jam kerja pun berkurang satu jam. (namun, tetap saja pulang ke rumah setelah magrib. karena pekerjaan yang harus dirampungkan.) sebagai bekal membatalkan puasa saat waktu berbuka di jalan, kami mendapatkan takjil berisikan kue-kue kecil serta air mineral. cukup untuk mengisi kekosongan perut.
kebiasaan bertakjil ini sudah bertahun berjalan. sehingga para karyawan tak perlu repot-repot mencari makanan/minuman pembuka. karena terbiasa, takjil ini sudah menjadi 'bagian'nya nanda. saat saya tiba di rumah, ia pasti menanyakan isi kotak kardus takjil yang saya bawa. demikian senangnya ia sampai-sampai air mineralnya pun harus ia yang meminumnya. lantunan doa selalu terucap saat kami mendapatkan takjil itu. alhamdulillah.
lamat-lamat dari masjid terdengar alunan suara orang mengaji. waktu berbuka semakin menghampiri...
hari pertama puasa ramadhan badan rasanya lemas. lapar? haus? namanya juga menahan lapar dan dahaga. :d tapi yang sering tidak tertahankan adalah mengantuk! kalau pas tenggat mengejar, sementara mata penginnya menutup, gak enak banget rasanya. insya allah hari-hari besok jiwa dan raga sudah beradaptasi. amin.
setiap ramadhan datang menyapa saya selalu ingat saat pertama kali shaum, waktu itu saya sedang ‘menumpang’ di rumah teman setelah ‘hijrah’ dari rumah. saya tinggal di bilangan depok 1 bersama-sama dengan seorang teman kuliah serta adik-adiknya. bulan ramadhan tiba. saya tentu saja wajib menjalaninya. tidak terpikirkan yang lain-lain. yang tahu kalau puasa itu menahan lapar dan haus dari pagi sampai magrib. tapi, tentu tidak sesederhana itu.
harus didahului sahur (yang penuh dengan keberkahan). karena ‘pemula’ dan takut kelaparan (:d) saya makan sahur lumayan banyak. minumpun begitu adanya. padahal itu ‘kan salah banget ya. sudah terbayang juga apa saya kuat menahan lapar dan haus setengah harian. karena waktu itu saya harus ke rumah ibu. saat akan berangkat, setengah serius setengah bergurau adik teman saya bilang seperti ini: “mas jangan lupa ya, mas danu lagi puasa gak boleh makan dan minum.” saya hanya senyum-senyum mendengarnya. namun alhamdulillah sebulan penuh saya menjalani puasa. meski masih dalam tingkatan menahan lapar dan haus.
saat tinggal bersama teman ini, puasa tidak menjadi masalah. hidangan untuk sahur dan berbuka selalu disediakan. ketika saya berumah sendiri, agak susah juga jadinya. untuk sahur kadang saya membeli makanan saat malam hari. kalau tidak ya sahur seadanya (biasanya sih mi instant atau telur rebus dan susu instant :d). sedih memang. apalagi saat harus sholat tarawih sendirian. sebagai seorang yang berhijrah saya memang harus memotivasi diri saya sendiri. sekeras apa pun kata orang lain, kalau saya tidak menjalankan ya tidak ada gunanya.
ketika berumahtangga keadaannya sama seperti waktu tinggal dengan teman. kini, tugas saya adalah membangunkan nanda untuk makan sahur. kadang mudah. atau ia langsung terbangun. kadang jam sudah bergulir terus mendekati imsak, nanda masih tergolek. sabar, sabar, sabar.
(doa saya bagi teman saya dan ibunya, kakaknya serta adik-adiknya yang memberikan lebih dari sekadar tempat berteduh dari hujan dan panas. seucap salam terima kasih takkan mampu mewakili apa yang saya terima. hanya satu yang saya yakin: allahlah yang akan memberikan ganjarannya. Amin).
setiap ramadhan datang menyapa saya selalu ingat saat pertama kali shaum, waktu itu saya sedang ‘menumpang’ di rumah teman setelah ‘hijrah’ dari rumah. saya tinggal di bilangan depok 1 bersama-sama dengan seorang teman kuliah serta adik-adiknya. bulan ramadhan tiba. saya tentu saja wajib menjalaninya. tidak terpikirkan yang lain-lain. yang tahu kalau puasa itu menahan lapar dan haus dari pagi sampai magrib. tapi, tentu tidak sesederhana itu.
harus didahului sahur (yang penuh dengan keberkahan). karena ‘pemula’ dan takut kelaparan (:d) saya makan sahur lumayan banyak. minumpun begitu adanya. padahal itu ‘kan salah banget ya. sudah terbayang juga apa saya kuat menahan lapar dan haus setengah harian. karena waktu itu saya harus ke rumah ibu. saat akan berangkat, setengah serius setengah bergurau adik teman saya bilang seperti ini: “mas jangan lupa ya, mas danu lagi puasa gak boleh makan dan minum.” saya hanya senyum-senyum mendengarnya. namun alhamdulillah sebulan penuh saya menjalani puasa. meski masih dalam tingkatan menahan lapar dan haus.
saat tinggal bersama teman ini, puasa tidak menjadi masalah. hidangan untuk sahur dan berbuka selalu disediakan. ketika saya berumah sendiri, agak susah juga jadinya. untuk sahur kadang saya membeli makanan saat malam hari. kalau tidak ya sahur seadanya (biasanya sih mi instant atau telur rebus dan susu instant :d). sedih memang. apalagi saat harus sholat tarawih sendirian. sebagai seorang yang berhijrah saya memang harus memotivasi diri saya sendiri. sekeras apa pun kata orang lain, kalau saya tidak menjalankan ya tidak ada gunanya.
ketika berumahtangga keadaannya sama seperti waktu tinggal dengan teman. kini, tugas saya adalah membangunkan nanda untuk makan sahur. kadang mudah. atau ia langsung terbangun. kadang jam sudah bergulir terus mendekati imsak, nanda masih tergolek. sabar, sabar, sabar.
(doa saya bagi teman saya dan ibunya, kakaknya serta adik-adiknya yang memberikan lebih dari sekadar tempat berteduh dari hujan dan panas. seucap salam terima kasih takkan mampu mewakili apa yang saya terima. hanya satu yang saya yakin: allahlah yang akan memberikan ganjarannya. Amin).
di manca negara ada yang namanya hari ibu dan hari ayah. ini perayaan sekali dalam setahun. tapi, di rumah saya setiap sabtu dan minggu namanya hari ayah. para pembaca – sesama blogger – yang budiman dan budiwati, mohon tidak berpikir bahwa hari ayah artinya ayah di dua hari weekend itu kerjanya hanya berleha-leha dan bersantai-ria. tidak. dan, bukan itu maksudnya.
ini merupakan kesepakatan kami berdua. antara saya dan ibunya nanda. di hari-hari itu, artinya nanda adalah urusan saya. tugas saya untuk menemaninya belajar. bagian saya untuk mengikutinya bersepeda. urusan saya untuk ikut main game komputer (yang ini asyik ni, hehehe...). plus cuci piring. menyapu dan mengepel. dan, sebagainya dan sebagainya. kalau singkatnya, tiada saat bersama ayah di hari sabtu dan minggu.
bagaimana dengan ibunya nanda? apakah lantas ia santai habis-habis-an? salah kalau beranggapan seperti itu. ia tetap berkutat dengan urusan rumah tangga. memasak. mencuci pakaian. menyetrika (jadi ingat mbak hanny). mana ada sih urusan rumah tangga yang selesai. kalau ada yang bilang selesai, boleh jadi, pembantunya ada lebih dari satu.
mengapa sih tidak memakai jasa pramuwisma? wah itu kan eksploitasi manusia atas manusia. tidak. bukan begitu sih. kami pernah menggunakan jasa mereka. (dan, berterima kasih karena berkat jasa salah satu dari mereka, nanda jadi lebih cepat berbicara waktu kecil dulu.). namun, belakangan, pramuwisma yang kami dapatkan, malah bukannya membantu tapi membuat kami (agak) kesal. ah, sudahlah, bagaimanapun kami tetap menghargai layanan yang mereka berikan.
balik ke 'hari ayah’, ini hanya sekadar meringankan tugas ibunya nanda. hanya sebagian kecil porsi bantuan yang saya berikan. selebihnya, sebagian besar masih dikerjakan isteri saya. ibaratnya air yang menetes ke tengah samudera. itulah yang saya berikan.
sangat boleh jadi dan sangat mungkin, banyak ayah-ayah lain yang porsi bantuannya kepada isterinya lebih besar daripada saya. dan, saya juga yakin, itu semua dilakukan dengan ikhlas. atau terpaksa? insya allah tidak. wallahualam bishawab.
ini merupakan kesepakatan kami berdua. antara saya dan ibunya nanda. di hari-hari itu, artinya nanda adalah urusan saya. tugas saya untuk menemaninya belajar. bagian saya untuk mengikutinya bersepeda. urusan saya untuk ikut main game komputer (yang ini asyik ni, hehehe...). plus cuci piring. menyapu dan mengepel. dan, sebagainya dan sebagainya. kalau singkatnya, tiada saat bersama ayah di hari sabtu dan minggu.
bagaimana dengan ibunya nanda? apakah lantas ia santai habis-habis-an? salah kalau beranggapan seperti itu. ia tetap berkutat dengan urusan rumah tangga. memasak. mencuci pakaian. menyetrika (jadi ingat mbak hanny). mana ada sih urusan rumah tangga yang selesai. kalau ada yang bilang selesai, boleh jadi, pembantunya ada lebih dari satu.
mengapa sih tidak memakai jasa pramuwisma? wah itu kan eksploitasi manusia atas manusia. tidak. bukan begitu sih. kami pernah menggunakan jasa mereka. (dan, berterima kasih karena berkat jasa salah satu dari mereka, nanda jadi lebih cepat berbicara waktu kecil dulu.). namun, belakangan, pramuwisma yang kami dapatkan, malah bukannya membantu tapi membuat kami (agak) kesal. ah, sudahlah, bagaimanapun kami tetap menghargai layanan yang mereka berikan.
balik ke 'hari ayah’, ini hanya sekadar meringankan tugas ibunya nanda. hanya sebagian kecil porsi bantuan yang saya berikan. selebihnya, sebagian besar masih dikerjakan isteri saya. ibaratnya air yang menetes ke tengah samudera. itulah yang saya berikan.
sangat boleh jadi dan sangat mungkin, banyak ayah-ayah lain yang porsi bantuannya kepada isterinya lebih besar daripada saya. dan, saya juga yakin, itu semua dilakukan dengan ikhlas. atau terpaksa? insya allah tidak. wallahualam bishawab.
kesalahan bukan pada komputer anda. basi bin garing. tapi itulah kenyataannya. server temporary down. biasa ada pemeliharaan, biar anda lebih nyaman ber-blogging-ria. Kalo server blogger ini dibaratkan sebagai atm alias anjungan tunai mandiri, berapa banyak ya kerugian yang diderita nasabah? mereka yang butuh dana segar tak dapat mengambil uangnya. mereka yang mau menyetorkan uang juga tak bisa. loh, jadi ngomongin bank sih?
iseng-iseng saya tereak sama teman-teman kantor. "wah, hari ini gak bisa nge-blog. Padahal banyak yang mau di-posting nih.“ ada yang komentar gini: "sukurin loh, kerjanya nge-blog muluh sih.“ saya acuhkan komentar itu, kata saya lagi: "gua mo somasi blogger.com nich“ komentar tandingannya telak dan mengena di hati: "udah dikasih gratisan mo protes, ngaca dong.“ saya pun mengaca diri: malu aku.
iseng-iseng saya tereak sama teman-teman kantor. "wah, hari ini gak bisa nge-blog. Padahal banyak yang mau di-posting nih.“ ada yang komentar gini: "sukurin loh, kerjanya nge-blog muluh sih.“ saya acuhkan komentar itu, kata saya lagi: "gua mo somasi blogger.com nich“ komentar tandingannya telak dan mengena di hati: "udah dikasih gratisan mo protes, ngaca dong.“ saya pun mengaca diri: malu aku.